Selingkuh Dengan Sepupu


Sudah hampir 12 tahun usia pernikahanku dengan suamiku, belum pernah sekalipun aku mencoba untuk selingkuh. Meskipun ada beberapa pria yang mencoba menggodaku tapi aku selalu bisa menepis semua godaaan itu. Karena aku ingin menghormati dan menghargai suamiku, meskipun dulu aku adalah gadis binal. Itu aku lakukan karena ada persoalan di dalam keluargaku.
Namaku Vasha, usiaku saat ini sudah menginjak kepala 3 yakni 31 tahun. Aku memiliki 2 orang anak, kesaharianku sibuk mengurusi mereka mulai dari bangun tidur, menyiapkan keperluan sekolah setiap paginya. Sedangkan suamiku bekerja sebagai buruh di sebuah pabrik, Selama ini kehidupan ekonomi kami sering mengalami pasang surut walaupun ada saja saudara yg membantu.
Ada salah satunya saudaraku yang selalu membantuku setiap aku mengalami kesulitan. Namun dengan satu syarat, aku harus jadi istri yang baik dan tidak boleh sampai meninggalkan kewajibanku sebagai ibu rumah tangga. Mungkin karena dianggap masih muda, saudaraku selalu memantau kehidupanku dan juga keluargaku.
Berawal dari pertemuanku tanpa sengaja dengan salah satu mantan kekasihku, di sebuah pusat pertokoan aku jadi sedikit lalai terhadap tanggung jawabku. Namanya Anji seorang pria yang seumuran denganku, beda dengan suami yang umurnya terpaut jauh denganku. Waktu pertama kali bertemu kami bersikap biasa saja, Kami cuma ngobrol bisa.
Sebelum kami pulang ke rumah masing-masing, kami saling tukar no telp. Hampir beberapa tahun kami tidak ada kontak.Sebenarnya aku mendengar hampir semua kabar tentangnya dari salah satu temanku. Sampai saat ini dia belum menikah meskipun pernah sekali bertunangan.
Baru bertemu siang tadi, malam harinya dia sudah menghubungi aku. Aku tidak dapat menyembunyikan perasaaan bahagiaku, tapi aku harus pintar-pintar menyembunyikan perasaan itu.Hampir tiga bulan hubungan gelap ini berlangsung, aku sering mendapat telpon darinya bahkan tak jarang dia juga membantuku dalam hal keuangan. Selama itu pula kami tak pernah cerita tentang hal yang berbau sex. Walapun kami sering bertemu diam-diam tapi hanya untuk sekedar makan-makan. Hati perempuan mana yang tak tersentuh jika mendapat perhatian seperti itu.
Anehnya walapun Anji selalu memperhatiaknnku dan membantuku aku tak pernah berfikir untuk melakukan sex dengannya. Tapi lain halnya aku tak bisa menghindar dari sepupu suamiku sendiri, namanya Cakra. Dan inilah awal kisah sexku yang kulakukan selain dengan suamiku. Usia Cakra lebih muda dariku, sebagai sepupu dari suamiku tentu aku akrab sekali denganya karena bagiku dia tak lebih dari seorang anak kecil yg masih labil.
Begini awal kisahnya. Pada suatu hari aku bersama cakra sedang menunggu suamiku di rumah, Aku dan Cakra saling ngobrol sambil tiduran di lantai. Hingga akhirnya entah siapa yang memulai duluan, kami berdua saling bergumul di lantai itu.
Perasaan malu sudah hilang dalam diriku, tak kuhiraukan lagi kalau dia sepupu dari suamiku. Dengan mesranya aku menciumi lengannya, leher dan pipinya. Kemudian ciumanku sampai pada bibirnya, entah kenapa waktu itu nafsuku begitu besar padanya. Aku menemukan gairah yang sama ketika aku masih muda dulu bahkan aku tidak malu untuk terus bercumbu dengannya.
Anak muda sekarang sudah lihai membuat horny, bahkan setiap sentuhan yang dia berikan beda jauh dengan apa yang diberikan suamiku, yang hanya pasif di atas tempat tidur. Mulut kami saling melumat mesra sedangkan tangan kami sama-sama bergerilya. Bahkan aku sampi mendesah agak kencang ketika dia mengelus vaginaku dari luar celanaku.
“Ouuugghhhhh… aaaaaaagggghhh…” nafsuku begitu memburu saat itu.
Kemudian aku memberanikan diri untuk melumat habis penisnya. Kumainkan penisnya hingga dia menggelinjang hebat.
Aku menindih tubuhnya namun kami masih dengan baju yang melekat pada tubuh kami masing-masing.. Aku mengulum bibirnya. Walau dia tahu banyak tentang sex tapi sikapnya masih kurang hot kurasa dia masih malu karena aku merupakan kakaknya, Tapi aku yang sudah terlanjur nafsu terus saja melumatnya bibirnya. Permainan kami lama-lama semakin panas, apalagi ketika dia mulai berani untuk meras vaginaku dari dalam celana.
”Oohhhh…. aaaaagghhh… aaagghh… oooouuuugghh… ” nafas kami berdua sudah tak lagi beraturan.
Akhirnya tanpa berlama-lama kami melakukan persetubuhan tapi tak sampi telanjang. Cakra melorotkan celananya hanya sebatas pantatnya, sedangkan aku hanya menyibakkan dasterku dan kulorotkan Cdku tak sampai terlepas.
Tak sampai 10menit kami mencapai klimaks bersamaan. Setelah mengontrol kembali nafasku, aku segera bangkit dan membenahi pakainku lagi, sedangkan Cakra setelah membenahi celannya dia tertidur di lantai. Aku lalu menjauhinya. Setelah kejadian itu aku dan Cakra bertingkah biasa seolah-olah tak pernah terjadi sesuatu hal.
Dan karena kejadian itu aku jadi merasa bersalah di hadapan Anji yg sudah memberikan banyak bantuan padaku, tapi aku tahu, aku harus memutuskan untuk menjauh dari keduanya. Lalu aku membuat janji dengan Anji untuk bertemu, dengan alasan keluargaku yang memaksa kami harus menjauh, akhirnya dia mau menerimanya walau tersirat kekecewaan di wajahnya.
Aku coba melupakan Anji, tapi tidak dengan Cakra sepupu suamiku itu. Aku tak dapat melupakannya kejadian itu. Hampir setiap hari aku bertemu denganya meskipun hanya berpapasan saja. Hingga berapa hari setelah kejadian itu kembali aku mengajaknya untuk melakukan hubungan sex di kamar yang tak banyak diketahui orang.
Aku menunggu Cakra di kamar sudah dalam keadaan telanjang, dan ketika Cakra masuk kamar diapun lantas melepas seluruh bajunya. Cakrapun langsung menjilati vaginaku dengan nafsunya. Aku mendesah dan menggelinjang hebat.
“Oouugghh, Cakra terus sayang”
Lidah Cakra bermain di lubang vaginaku, dijilatinya klitorisku dan ditekan hingga akhirnya aku mencapai klimaksku.
“Cakraa,,, aku keluaarr..aaahhhhh” aku mengarang sampai teriak kecil.
Tanpa berlama-lama Cakrapun menghantap vaginaku dengan penisnya. Dia menyodok vaginaku dengan cepat. Tak sampai 10menit aku dan Cakra mencapai klimaks. Dan itu merupakan klimak ku untuk yang kedua kali. Kami lalu terbaring di kasur kamar sebentar. Kami segera berbenah dan keluar dari kamar takut kalau tiba-tiba suamiku pulang cepat.
Dan setiap ada kesempatan aku selalu melakukan hubungan sex bersama Cakra. tapi dikala aku sedang sendirian aku selalu teringat pada Anji. Apa yg harus aku lakukan pada pria yg satu ini. Dia telah banyak berkorban untukku, akhirnya aku kembali termenung karena tak dapat menemukan jalannya hingga sekarang.
Read more

Buah Dada Montok Si Gadis ABG Yg Mulus Tukang Jamu


Aku lama-lama menyukai tempat tinggalku, Meski harga kontraknya naik terus setiapkali kuperpanjang kontraknya. Tempat ku ini sangat strategis di dalam gang hanya ada rumah ku. Meski pengap karena dikelilingi tembok tinggi, tetapi aku suka, karena tak ada orang yang bisa melihat kegiatanku dan aku jadi merasa bebas.
Setelah Mia meninggalkan diriku . aku jadi jomblo. Mau pacaran aku malas dengan basa-basi dan berbagai tuntutan. Untuk melampiaskan libido ku, siapa saja yang kusenangi sering kubawa ke kamar yang istimewa ini.
Karena alamatnya rumit banyak lika-likunya, tidak satu pun temen cewek ku yang berhasil mencari alamat ku. Suatu hari saat aku baru membeli rokok di warung aku berpapasan dengan penjual jamu yang cukup mengagetkan. Wajahnya manis dan bodynya bahenol betul.
“Nggak salah ini orang jadi tukang jamu,” kata ku membatin.
“Mbak jamu” tegurku. Dia menoleh.
“Mau minum jamu mas ?” tanyanya.
“Iya tapi jangan di sini, ke rumah” ajakku dan dia ikut dibelakang ku.
Sesampai di rumah , si mbak melihat sekeliling.
“Wah enak juga tempatnya mas ya,” ujarnya.
“Mbak jamu apa yang bagus”
“Lha mas maunya untuk apa, apa yang mau untuk pegel linu, masuk angin atau jamu kuat”
“Kuat apa” tanya ku.
“Ya kuat segalanya” katanya sambil melirik.
“Genit juga si mbak” kata ku dalam hati.
“Aku minta jamu kuat lah mbak, biar kalau malam kuat melek bikin skripsi.”
Tapi terus terang aku kurang mempunyai keberanian untuk menggoda dan mengarahkan pembicaraan ke yang porno-porno. Sejak saat itu mbak jamu jadi sering menghampiriku.
“Mas kemarin kemana saya kesini kok rumahnya dikunci. Saya ketok sampai pegel nggak ada yang buka.”
“Oh ya kemarin ada kuliah sore jadi saya dari pagi sampai malam di kampus” kataku.
“Mas ini mas jamu kunyit asam, bagus untuk anak muda, biar kulitnya cerah dan jauh dari penyakit.”
“Mbak suaminya mana ?” tanya ku iseng.
“Udah nggak punya suami mas, kalau ada ngapain jualan jamu berat-berat.”
“Anak punya mbak ?”
“Belum ada mas, orang suami saya dulu udah tua, mungkin bibitnya udah abis.”
Kami semakin akrab sehingga hampir setiap hari aku jadi langganannya. Kadang-kadang lagi nggak punya duit, dia tetap membuatkan jamu untuk ku. Dia pun sudah tidak canggung lagi masuk ke rumah ku. Bahkan dia sering numpang ke WC.
Mbak Wati, begitulah dia mengaku namanya setelah beberapa kali mengantar jamu . Dia kini memasuki usia 27 tahun, asalnya dari daerah Wonogiri. Mbak Wati menganggap rumah ku sebagai tempat persinggahan tetapnya. Dia selalu protes keras jika aku tidak ada di rumah.
Semula Mbak Wati mengunjungi ku pada sekitar pukul 13. Tapi kini dia datang selalu sekitar pukul 5 sore. Kalau dia datang ke rumah ku jamunya juga sudah hampir habis. Paling paling sisa segelas untuk ku. Rupanya Mbak Wati menjadikan rumah ku sebagai terminal terakhir. Ia pun kini makin berani.
Dia tidak hanya menggunakan kamar mandiku untuk buang hajat kecil, tetapi kini malah sering mandi. Sampai sejauh ini aku menganggapnya sebagai kakakku saja. Karena dia pun menganggapku sebagai adiknya. Sering kali dia membawa dua bungkus mi instan lalu direbus di rumah ku dan kami sama-sama menikmatinya.
Sebetulnya pikiran jorokku sudah menggebu-gebu untuk menikmati tubuh mbak Wati ini. Namun keberanian ku untuk memulainya belum kutemukan. Mungkin juga karena aku tidak berani kurang ajar jadi Mbak Wati makin percaya pada diri ku. Padahal wooo ngaceng. Aku hanya berani mengintip jika Mbak Wati mandi. Lubang yang sudah kusiapkan membuatku makin ngaceng saja kalau menikmati intaian. Tapi bagaimana nih cara mulainya.
“Mas boleh nggak saya nginep di sini ?” tanya Mbak Wati suatu hari.
“Saya mau pulang jauh dan sekarang sudah kesorean, lagi pula besok saya nggak jualan, capek., “katanya beralasan tanpa saya tanya.
“Lha Mbak, tempat tidurnya cuma satu”
“Nggak pa-pa, saya tidur di tiker aja. Mas yang tidur di kasur.”
“Bener nih,” kata ku, dengan perasaan setengah gembira. Karena kupikir inilah kesempatan untuk menyergapnya.
“Iya nggak apa-apa koq” katanya.
Tanpa ada rasa canggung dia pun masuk kamar mandi dan mandi sepuasnya. Aku pun tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk kembali mengintainya. Badannya mulus bahenol walaupun kulitnya tidak putih, tetapi bentuk tubuhnya sangat sempurna sangat bahenol sebagai seorang wanita. Sayang dia miskin, kalau kaya mungkin bisa jadi bintang film, pikir ku.
Teteknya cukup besar, mungkin ukuran 36, pentilnya kecil dan bulu jembutnya tebal sekali. Mungkin ada hubungannya dengan kumis tipis yang ada di atas bibirnya itu.Selesai mandi, kini giliranku masuk kamar mandi dan membersihkan diri. Aku nggak tahan , sehingga kesempatan mandi juga kugunakan untuk ngloco.
“Mas mandinya koq lama sekali sih, ngapain aja” tanyanya mengagetkan.
“Ah biasa lah keramas sekalian biar seger” kata ku.
“Itu saya buatkan kopi, jadi keburu dingin deh, abis mandinya lama banget.”
Malam itu kami ngobrol ke sana-kemari dan aku berusaha mengorek informasi sebanyak mungkin mengenai dirinya.
“Mas suka di pijet nggak” katanya tiba-tiba.
“Wah nggak, nggak nolak” kata ku bercanda.
“Sini saya pijetin mas.”
Tanpa menunggu terlalu lama aku segera menuju ke kamar dikuti mbak Wati dan semua baju dan celana ku ku buka tinggal celana dalam. Kumatikan lampu sehingga suasana kamar jadi agak remang-remang. Nggak nyangka sama sekali, ternyata mbak Wati pinter sekali memijat. Dia menggunakan cairan body lotion yang dibawanya untuk melancarkan mengurut.
Aku benar-benar pasrah. Meski ngaceng berat, tetapi aku nggak berani kurang ajar. Cilakanya Mbak Wati ini tidak canggung sedikit pun merambah seluruh tubuhku sampai mendekati si dicky. Beberapa kali malah ke senggol sedikit, membuat jadi tambah tegang aja.
“Mas celananya dibuka saja ya biar nggak kena cream.”
“Terserahlah mbak” kata ku pasrah . Dengan cekatan dia memelorotkan celana dalam. Sehingga aku kini jadi telanjang bulat.
“Apa mbak nggak malu melihat saya telanjang” tanya ku.
“Ah nggak apa-apa, saya dulu sering memijat suami saya.”
“Dia yang ngajari saya mijet.”
Tegangan ku makin tinggi karena tangan nya tanpa ragu-ragu menyenggol kemaluan ku. Dia lama sekali memijat bagian dalam paha ku, tempat yang paling sensitive dan paling merangsang. Mungkin kalau ada kabel di hubungkan diriku dengan lampu, sekarang lampunya bakal menyala, orang teganganku sudah mulai memuncak.
Aku tidur telungkup sambil berfikir, gimana caranya memulai. Akhirnya aku berketetapan tidak mengambil inisiatif. Aku akan mengikuti kemana kemauan Mbak Wati. Kalau terjadi ya terjadilah, kalau nggak yaa lain kali mungkin. Tapi aku ingin menikmati dominasi perempuan atas laki-laki.
Setelah sekitar satu jam aku tidur telungkup, Mbak Wati memerintahkan aku telentang. Tanpa ragu dan tanpa rasa malu dan bersalah aku segera menelentangkan badan ku. Otomatis si dicky yang dari tadi berontak, kini bebas tegak berdiri.
Celakanya si dicky tidak menjadi perhatian Mbak Wati dia tenang saja memijat dan sedikitpun tidak berkomentar mengenai dicky ku. Kaki kiri, kaki kanan, paha kiri, paha kanan, kepala tangan kiri, tangan kanan, lalu perut. Bukan hanya perut tetapi si Dicky pun jadi bagian yang dia pijat. Aku melenguh.
“Aduh mbak”
“Kenapa mas” katanya agak manja.
“Aku nggak tahan, ngaceng banget”
“Ah nggak apa-apa tandanya mas normal”
“Udah tengkurep lagi mas istirahat sebentar saya mau ke kamar mandi sebentar.”
Lama sekali dia di kamar mandi, sampai aku akhirnya tertidur dalam keadaan telungkup dan telanjang. Tiba-tiba aku merasa ada yang menindihku dan kembali kurasakan pijatan di bahu. Dalam keadaan setengah sadar kurasakan ada seusatu yang agak berbeda.
Kenapa punggungku yang didudukinya terasa agak geli Kucermati lama-lama aku sadar yang mengkibatkan rasa geli itu ada bulu-bulu apa mungkin Mbak Wati sekarang telanjang memijatiku. Ternyata memang benar begitu.
Tetapi aku diam saja tidak berkomentar. Kunikmati usapan bulu jembut yang lebat itu di punggungku. Kini aku sadar penuh , dan dicky yang dari tadi bangun meski aku sempat tertidur makin tegang. Wah kejadian deh sekarang, pikirku dalam hati.
“Balik mas katanya” setelah dia turun dari badan ku
Aku berbalik dan ruangan jadi gelap sekali. Ternyata semua lampu dimatikannya . Aku tidak bisa melihat Mbak Wati ada dimana . Dia kembali memijat kakiku lalu duduk di atas kedua pahaku . Ia terus naik memijat bagian dadaku dan seiring dengan itu, jembutnya berkali-kali menyapu si dicky.
Kadang-kadang si dicky ditindihnya sampai lama dan dia melakukan gerakan maju mundur. Beberapa saat kemudian aku merasa mbak wati mengambil posisi jongkok dan tangannya memegang batang si dicky. Pelan-pelan di tuntun kepala si dicky memasuki lubang kemaluannya.
Aku pasrah saja dan sangat menikmati dominasi perempuan. Lubangnya hangat sekali dan pelan-pelan seluruh tubuh si dicky masuk ke dalam lubang vagina mbak waty. Mbak Wati lalu merebahkan dirinya memeluk diriku dan pantatnya naik turun, sehingga si dicky keluar masuk .
Kadang-kadang saking hotnya si dicky sering lepas, lalu dituntunnya lagi masuk ke lubang yang diinginkan. Karena aku tadi sudah ngloco dan posisiku di bawah, aku bisa menahan agar mani ku tidak cepat muncrat. Gerakan mbak Wati makin liar dan nafasnya semakin memburu.
Tiba-tiba dia menjerit tertahan dan menekan sekuat-kuatnya kemalauannya ke si dicky. Dia berhenti bergerak dan kurasakan lubang vaginanya berdenyut-denyut. Mbak wati mencapai orgasmenya yang pertama. Dia beristirahat dengan merebahkan seluruh tubuhnya ke tubuhku. Jantungnya terasa berdetak cepat.
Aku mengambil alih dan membalikkan posisi tanpa melepas si dicky dari lubang memek mabak wati. Ku atur posisi yang lega dan mencari posisi yang paling enak dirasakan oleh memek mbak Wati. Aku pernah membaca soal G-spot. Titik itulah yang kucari dengan memperhatikan reaksi mbak wati.
Akhirnya kutemukan titik itu dan serangan terus ku kosentasikan kepada titik itu sambil memaju dan memundurkan si dicky . Mbak wati mulai melenguh-lenguh dan tak berapa lama dia berteriak, dia mencapai klimaks tertinggi sementara itu aku juga sampai pada titik tertinggi ku.
Dalam keadaan demikian yang terpikir hanya bagaimana mencapai kepuasan yang sempurna. Kubenamkan si dicky sedalam mungkin dan bertahan pada posisi itu sekitar 5 menit. Kontolku berdenyut-denyut dan vaginanya mbak wati juga berdenyut lama sekali.
“Mas terima kasih ya, saya belum pernah main sampai seenak ini.”
“Saya ngantuk sekali mas.”
“Ya sudah lah tidur dulu.”
Aku bangkit dari tempat tidur dan masuk kamar mandi membersihkan si dicky dari mani yang belepotan. Aku pun tidak lama tertidur. Paginya sekitar pukul 5 aku bangun dan ternyata mbak wati tidur di samping ku.Kuraba memeknya, lalu ku cium, tangan ku, bau sabun. Berarti dia tadi sempat bangun dan membersihkan diri lalu tidur lagi. Dia kini tidur nyenyak dengan ngorok pelan.
Kuhidupkan lampu depan sehingga kamar menjadi agak remang-remang. Kubuka atau kukangkangkan kedua kakinya . Aku tiarap di antara kedua pahanya dan kusibakkan jembut yang lebat itu untuk memberi ruang agar mulutku bisa mencapai memeknya.
Lidahku mencari posisi clitoris mbak wati. Perlahan-lahan kutemukan titik itu aku tidak segera menyerang ujung clitoris, karena kalau mbak wati belum terangsang dia akan merasa ngilu. Daerah sekitar clitoris aku jilat dan lama-lama mulai mengeras dan makin menonjol.
“Mas kamu ngapain mas, jijik mas udah, mas” tangannya mendorong kepala ku, tetapi kutahu tenaganya tidak sunguh-sungguh karena dia juga mulai mengelinjang. Tangannya kini tidak lagi mendorong kepalaku, mulutnya berdesis-desis dan diselingin teriakan kecil manakala sesekali kusentuh ujung clitorisnya dengan lidahku.
Setelah kurasakan clitorisnya menonjol penuh dan mengeras serangan ujung lidahku beralih ke ujung clitoris. Pinggul mbak wati yang bahenol mengeliat seirama dengan gerakan lidahku. Tangannya kini bukan berusaha menjauhkan kepalaku dari vaginanya tetapi malah menekan, sampai aku sulit bernafas.
Tiba-tiba dia menjepitkan kedua pahanya ke kepalaku dan menekan sekeras-kerasnya tangannya ke kepalaku untuk semakin membenam. Vaginanya berdenyut-denyut. Dia mencapai klimak. Beberapa saaat kupertahankan lidah ku menekan clitorisnya tanpa menggerak-gerakkannya.
Setelah gerakannya berhenti aku duduk di antara kedua pahanya dan kumasukkan jari tengah ke dalam memeknya kucari posisi G-spot, dan setelah teraba kuelus pelan. Dengan irama yang tetap. Mbak Wati kembali menggerakkan pinggulnya yang bahenol dan tidak lama kemudian dia menjerit dan menahan gerakan tanganku di dalam memeknya. Lubang vaginanya berdenyut lama sekali.
“Aduh mas ternyata mas pinter sekali.”
“Aku kira mas nggak suka perempuan. Aku sampai penasaran mancing-mancing mas, tapi kok nggak nyerang-nyerang aku.”
“Jadi aku bikin alasan macem-macem supaya bisa berdua sama mas.”
“Aku segen mbak, takut dikira kurang ajar. Selain itu aku juga ingin menikmati jika didului perempuan.”
“Ah mas nakal, menyiksa aku. Tapi aku suka mas orangnya sopan nggak kurang ajar kayak laki-laki lain.”
“Mas tadi kok nggak jijik sih jilati memek ku. Aku belum pernah lho digituin. Rasanya enak juga ya.”kata Mbak Wati.
Wati mengaku ketika berhubungan dengan suaminya yang sudah tua dulu hanya hubungan yang biasa saja dan itu pun mbak wati jarang sampai puas. Dia mengaku belum pernah berhubungan badan dengan orang lain kecuali suaminya dan diriku.
“Pantes memeknya enak sekali, peret mbak,” kata ku.
“Wong tukang jamu koq, yo terawat toh yo.”
“Sekarang gantian mbak, barang ku mbok jilati po’o. ”
Aku ra iso he mas”
“Nanti tak ajari.”
Mbak Wati yang bahenol mengambil posisi diantara kedua pahaku dan mulai memegang si dicky dan pelan-pelan memasukkan mulutnya ke ujung ******. Dia berkali-kali merasa mau muntah, tetapi terus berusaha mengemut si dicky Setelah terbiasa akhirnya dikulumnya seluruh batang ****** ku sampai hampir mencapai pangkalnya. Aku merasa ujung si dicky menyentuh ujung tenggorokkannya.
Dia memaju-mundurkan batang di dalam kulumannya . Ku instruksikan untuk juga melakukannya sambil menghisap kuat-kuat.dia menuruti semua perintahku. Bagian zakarnya juga dijilatnya seperti yang kuminta. Dia tidak lagi mau muntah tetapi mahir sekali. Setelah berlangsung sekitar 15 menit kini aku perintahkan dia tidur telentang dan aku segera menindihnya.
“Mas kontole kok enak tenan, keras sampai memek ku rasanya penuh sekali.”
Kugenjor terus sambil kosentrasi mencari titik G. Tidak sampai 5 menit Mbak wati langsung berteriak keras sekali. Dia mencapai orgasme tertinggi. Sementara aku masih agak jauh . Setelah memberi kesempatan jeda sejenak. Mbak Wati kusuruh tidur nungging dan kami melakukan dengan Dogy Style.
Rupanya pada posisi ini titik G Mbak wati tergerus hebat sehingga kurang dari 3 menit dia berteriak lagi dan aku pun mencapai titik tertinggi sehingga mengabaikan teriakannya dan kugenjot terus sampai seluruh maniku hambis di dalam memek mbak wati.
Dia tertidur lemas,aku pun demikian. Sekitar jam 8 pagi kami terbangun dan bersepakat mandi bareng. Badan Mbak wati memang benar-benar sempurna sangat bahenol, Teteknya besar menentang, pinggulnya besar dan pinggangnya ramping sungguh bahenol. Setelah malam itu mbak Wati jadi sering menginap di kamar ku. Sampai satu hari dia datang dengan muka sedih.
“Mas aku disuruh pulang ke kampung mau dikawinkan sama Pak lurah.”
“Aku berat sekali mas pisah sama mas, tapi aku nggak bisa nolak keinginan orang tua ku,” katanya bersedih.
Malam itu Mbak wati nginap kembali di kamar ku dan kami main habis-habisan. Seingat saya malam itu saya sampai main 7 ronde menikmati tubuh bahenol nya, sehingga badan ku lemas sekali.
Read more

ML dengan Tetangga Kos yang CD-nya Sering Kujadikan Bahan Onani

Ringkasan ini tidak tersedia. Harap klik di sini untuk melihat postingan.
Read more

Cewek Jilbab Yang Haus Seks


Siang itu aku sedang melintas di sebuah kawasan pemukiman untuk mengantarkan komputer pesanan pelangganku ke rumahnya. Saat itu aku baru saja melewati sebuah Sekolah Menengah Atas yang terletak di kawasan pemukiman tersebut dimana jam pelajaran baru saja usai. Nampak para pelajar sekolah itu sedang berjalan bergerombol keluar dari gerbang sekolah. Aku tidak begitu peduli saat itu yang ada dalam pikiranku hamyalah mencari alamat pelangganku.
Disaat aku sedang celingukan dari dalam mobilku mencari-cari alamat yang hendak kutuju, sekilas kulihat gerombolan siswi sekolah tersebut lengkap dengan seragam sekolah mereka yaitu jilbab putih membalut kepala mereka, seragam putih lengan panjang dan rok abu-abu panjang semata kaki sedang berjalan pulang sekolah. Sebelumnya aku tidak terlalu mempedulikan mereka karena sibuk mencari rumah tujuanku. Sesaat aku memperlahan laju mobilku karena ada polisi tidur di depan.
Saat itulah rombongan pelajar putri berjilbab itu hampir berpapasan dengan kendaraanku. Terlihat betapa cerianya mereka berjalan bersama dengan bersenda gurau beramai-ramai diselingi tawa kecil karena candaan masing-masing. Namun dari serombongan siswi berjilbab itu ada sosok yang membetot perhatianku yaitu sosok remaja berjilbab yang berjalan sendirian dibelakang rombongan tersebut. Aku lihat dia sedang mencuri pandang ke arahku seraya tersenyum manis.
Dari tatapan mata serta senyuman yang menyungging di bibirnya itu bisa dibilang menggoda atau bisa juga disebut “nakal”. Akupun tersenyum seakan membalas sinyal yang dilontarkan siswi berjilbab itu. Lalu dengan seksama kuperhatikan sosok itu dari ujung kepala sampai kaki. Wajahnya yang lumayan cantik mengingatkanku kalau dia mirip-mirip penyanyi religi remaja Sulis. Apalagi kulit mukanya juga agak putih disertai pipi agak tembam kemerahan ciri khas wajah Sulis. Tinggi gadis berjilbab itu kutaksir sekitar 160cm. Yang membuatku menelan ludah ialah bentuk payudaranya yang kelihatan bulat membusung dari balik seragam putih lengan panjangnya. Walau tidak terlalu besar tapi cukup proporsional. Lekuk pinggulnya yang aduhai kala ia melenggak-lenggok berjalan terbungkus agak ketat oleh rok abu-abu panjang yang dikenakannya.
Aku hentikan laju mobilku sambil terus menatap siswi berjilbab itu. Siswi berjilbab itupun tersenyum lebar tatkala melihat mobilku berhenti. Sambil menurunkan kaca jendela mobilku kuberi dia isyarat tangan agar mendatangiku. Dan tanpa disadari oleh kawan-kawannya yang terus berjalan sambil bersenda gurau, dia berjalan perlahan mendekatiku. Basa-basi kutanya alamat yang kucari padanya. Kebetulan gadis jilbab itu tahu alamat yang kucari. Tiba-tiba terdengar teriakan dari arah rombongan siswi berjilbab rekan-rekannya menanyakan identitas diriku.
Lalu siswi berjilbab itu memberi isyarat kepada teman-temannya untuk menunggu dirinya sebentar Kemudian kucoba membujuk dirinya agar ia mau mengantarku ke alamat yang kutuju dengan iming-iming akan memberikan imbalan yang cukup lumayan serta berjanji akan mengantarnya balik ke lokasi ini. Akupun minta padanya agar ia memberi tahu teman-temannya kalau aku ini kenalan orang tuanya yang kebetulan sedang lewat. Dia pun menyutujui usulanku seraya berjalan kearah rombongan teman-temannya tadi. Terlihat ia sedang berbicara seperti sedang menjelaskan sesuatu kepada rombongan itu. Beberapa menit kemudian iapun berpisah dengan rekan-rekannya itu. Sekilas mataku melirik saat ia hendak duduk dibangku sampingku.
Kulihat lekukan mulus pantatnya yang terlihat sekal tercetak dari balik rok abu-abu panjang yang dikenakannya. Memang model rok yang ia pakai itu seperti mengetat dari pinggang sampai kebagian pangkal paha namun kemudian agak melebar ke bawah. Saat ia duduk kusempatkan pula melirik bentuk paha siswi berjilbab ini dan nampaknya ia seperti sengaja menarik-narik roknya itu seakan ingin terlihat lebih ketat lagi hingga memperlihatkan bentuk pahanya yang aduhai. Belum lagi tatkala kulihat tonjolan tetek yang cukup proporsional itu menyembul dari balik hem putih OSIS lengan panjangnya.
Oh, betapa birahi di dalam diriku sontak mendidih dan tanpa disuruh sang kontol pun perlahan berdiri tegak menonjol dari balik celanaku. Ekor mata siswi berjilbab itu sempat mengerling kearah tonjolan di celanaku ini.“Wah kayanya ada peluang nih”, pikirku.
Selesai mengirim barang ke pelanggan, akupun meluncur bersama gadis berjilbab itu. Lalu basa-basi kuajak ia ngobrol tentang latar belakang dirinya. Namanya Siti Yunita anak ke 5 dari 6 bersaudari. Yah, ternyata kakak dan adiknya ternyata perempuan semua. Bapaknya ternyata hanya pegawai kecil disebuah instansi pemda, sedang ibunya membantu perekonomian keluarganya dengan membuka warung di rumahnya. Dari situ aku tahu kalau dia berasal dari keluarga pas-pasan.
Dan dari cerita yang mengalir dari mulutnya juga aku tahu kalau dia terdengar seperti mengeluh dengan keadaannya sekaligus iri dengan kondisi kawan-kawan sekolahnya yang terlihat lebih mapan. Siti Yunita juga bertutur kalau sebenarnya ia bersekolah di Madrasah Aliyah itu karena kemampuan orang tuanya yang pas-pasan. Sebenarnya ia inginnya bersekolah di SMA negeri favorit pilihannya.
Jadi jilbab yang ia kenakan itupun lebih karena peraturan wajib Madrasah. Gaya bicaranya yang terdengar agak genit, sedikit kasar dan serba ceplas-ceplos seakan mengisyaratkan kalau rasanya tidak akan sulit bagi niatku untuk menaklukan siswi berjilbab ini.
Aku bertaruh kalau di lingkungan sekolahnya Yunita pasti lebih menahan diri untuk tidak bertingkah dan berbicara layaknya sekarang di dalam mobilku ini. Beberapa saat kemudian kuajak siswi berjilbab itu makan siang disebuah mall. Sembari menyantap hidangan iseng-iseng kutanya Yunita bagaimana reaksi orang tuanya kalau sampai tahu dia telat pulang dari sekolah. Ternyata dengan ketus ia menjawab orang tuanya tidak bakalan bertanya macam-macam. Apalagi pulang telat sudah menjadi hal biasa baginya yang sering mampir ke rumah teman dan seringkali menginap.
Sepertinya orang tua siswi berjilbab ini sudah bosan menegur. Betapa girangnya diriku mendengar penuturannya. Karena kesempatan untuk menjadikannya sebagai pemuas birahiku ini semakin terbuka lebar. Selepas makan siang itu, aku mengajaknya pergi jalan ke sebuah taman rekreasi dan ternyata Yunita menyetujuinya. Dalam perjalanan aku coba-coba memulai niatanku ini dengan sengaja memegang tangannya dan sepertinya gadis manis berjilbab ini membiarkannya. Tidak ada tanda penolakan darinya, kulanjutkan dengan mendaratkan tangan kiriku di atas pahanya. Perlahan dengan lembut kuusap-usap pahanya dari luar rok abu-abu panjangnya namun sekali lagi ia seperti membiarkan tindakanku.
Hatiku bersorak kegirangan kala melihat gadis berjilbab ini bakal dengan mudah kunikmati. Setibanya di taman rekreasi itu, kuparkirkan mobilku agak memojok dan jauh dari mobil-nobil lain yang parkir. Kemudian aku memberitahunya bahwa aku akan memenuhi janjiku untuk memberi imbalan sejumlah uang sebagai ganjaran membantuku mencari rumah pelangganku tadi. Tak lupa diujung janjiku tadi aku memberi syarat jika dia menginginkan ganjaran tersebut. Yunita terlihat sangat gembira karena membayangkan hadiah uang yang sudah didepan dimata.
Gadis berjilbab ini menyatakan kalau dia tidak akan mempermasalahkan dengan syarat apapun yang kuminta, yang terpenting hadiah uang itu. Hmm, betapa senangnya diriku tatkala bayangan untuk menyetubuhi siswi berjilbab ini sedikit lagi akan terlaksana. Kemudian kuberitahu bahwa aku akan menyerahkan uang itu manakala aku bisa bebas mencium bibirnya. Yunita hanya diam tidak menjawab namun juga tidak kelihatan terkejut. Malah sesaat berikutnya dia hanya menganggukkan kepalanya tanda mengiyakan keinginanku.
Tanpa buang-buang waktu, aku pun merapat ketubuhnya dan mengecup mesra bibirnya. Yunita bereaksi membuka bibirnya sedikit seraya memejamkan mata. Kulumat bibir itu dan mulai memainkan lidahku ke dalam mulutnya.
“Emmhh…mmhh”, desah siswi berjilbab ini seakan menikmati ciuman dan kuluman bibirku.
Tanganku pun tidak ketinggalan bergerilya meraba-raba setiap sudut tubuhnya. Menyadari Yunita sepertinya dengan sukarela menyerahkan tubuhnya kepadaku tanpa halangan, perlahan kubuka kancing seragam putih lengan panjangnya satu persatu hingga terbuka semua. Sekarang sepasang tetek ranum kira-kira berukuran 33 nampak terpampang dengan bra berwarna putih krem menutupinya. Kusingkap bra itu ke atas dan mulai meremas dan memilin susu kembar milik Yunita. Tangan kiri siswi berjilbab ini spontan memegangi tangan kananku yang sedang bermain di teteknya.
Sedangkan tangan kanannya dilingkarkan di leherku Puas melumat bibirnya mulutku turun ke dadanya mengecup, melumat, menghisap serta menggigit-git kecil kedua teteknya.
“Emmhhh..ssshh”, desah Yunita semakin kencang.
Wajahnya yang mirip penyanyi religi Sulis itu lengkap dengan jilbab putihnya menengadah ke atas dengan mata sayu. Nampaknya gadis berjilbab ini mulai menikmati gairah permainan ini. Aku benar-benar terangsang karena permainan ini, lalu kukeluarkan kontolku yang sudah menegang dari tadi celah resleting celana yang kubuka. Kuletakkan telapak tangan siswi berjilbab ini di atas kontolku yang mulai mengeras itu. Seakan sudah tahu apa yang harus dilakukannya tanpa melihat, dipegangnya kontolku dan mulai mengocoknya naik turun dengan lembut. Oh, terasa sungguh nikmat tatkala telapak tangan halus itu memainkan kontolku.
“Yunn..sshh..ccup…cpak…”, desah mulutku nikmat sembari terus memainkan tetek nan kenyal milik Yunita.
Dan siswi berjilbab itu pun juga terdengar balas mendesah dengan muka yang tetap menengadah ke atas seraya terus memainkan kocokan lembut tangannya dikontolku. Kuhentikan sejenak aksi ini lalu aku kembali mengecup bibirnya dan menggeser pantatku untuk duduk di kursi dimana Yunita berada. Dengan posisi duduk kami berdua yang menyamping berhadap-hadapan membuat kontolku kini menempel persis di atas pahanya. Kemudian kulepaskan kecupanku sambil sejenak ingin melihat langsung aksi menggairahkan selanjutnya dengan mataku sendiri.
Rasanya sungguh nikmat tidak terkira akan aku rasakan apabila aku bisa melihat tangannya yang lembut itu mengocok-ngocok kontolku. Terlebih lagi kalau dilakukan di atas pahanya yang masih terbungkus rok abu-abu panjang semata kaki itu. Kemudian aku berkata kepadanya bahwa hari ini aku benar-benar seperti sedang berada di surga karena saat ini dihadapanku ada siswi berjilbab sekolah menengah yang masih lengkap dengan seragam putih abu-abunya sedang mengocok-ngocok lembut kontolku.
Yunita hanya tersenyum menatapku dengan tatapan sayu sambil terus mengocok kontolku turun naik. Nafas gadis berjilbab itu juga semakin naik turun tidak teratur. Genggaman tangannya juga semakin erat mengocok kontolku yang keras dan berurat itu. Makin lama kocokan siswi berjilbab ini makin cepat. Aku yang sudah semakin hampir klimaks itu memberitahunya agar lebih cepat lagi memainkannya. Gadis jilbab itupun semakin mempercepat gerakan tangannya naik turun seraya memintaku memuncratkan air maniku secepat mungkin dengan suaranya yang tercekat-cekat akibat nafasnya yang makin memburu cepat.
“Yunnnn…aakkuuu…kellluuarr…crott”, teriakku tertahan kala mencapai klimaks seraya memuncratkan air maniku.
Berdenyut-denyut rasanya kontolku di dalam genggamannya. Begitu deras spermaku mengalir keluar dari kontolku hingga muncrat di atas pahanya membasahi kain abu-abu panjang rok sekolah yang dipakainya. Tangannya tak henti-hentinya mengocok batangku bagaikan memerah seekor api hingga tiada lagi air mani yang menetes. Spermaku yang membasahi tangannya di lap sekalian dipahanya.
Kemudian aku memberinya sejumlah uang seperti yang kujanjikan pada siswi berjilbab itu. Setelah merapikan pakaian masing-masing, aku mengantarnya pulang dan memberinya nomor telepon selulerku untuk dihubungi. Dengan tersenyum nakal menyungging di bibirnya, Siti Yunita menyambar nomor teleponku seraya turun dari mobil. Tak lupa kutepuk gemas pantatnya yang montok itu.
Read more

Ngentot Gadis Jogging Di Taman


Aku seorang laki-laki yang masih menganggur. Umurku 30 tahun, sebut saja namaku Jhony (nama samaran). Begini ceritaku..
Setiap pagi di SMA itu selalu diadakan mata pelajaran Olahraga dan Kesehatan. Seperti lazimnya SMA yang lain, setiap mengadakannya pasti sebelumnya disertai pemanasan terlebih dahulu, dan pemanasan yang dimaksud di sini adalah lari pagi. Setiap kali siswi-siswi itu lari aku ajak menumpang di mobilku yang pickup itu (jadi muat banyak penumpang) dan mereka tidak pernah menolak bahkan mereka senang.
Lalu timbullah pikiran kotorku. Aku tahu bahwa ada cewek yang menurutku lumayan sporty, cantik, manis dan juga montok dibandingkan teman-temannya yang lain. Sebut saja Lidya (bukan nama sebenarnya). Lidya lumayan tinggi untuk gadis seumurnya, kulitnya bisa dikatakan sawo matang, tapi benar-benar terang dan keputih-putihan. Yang aku tahu Lidya masih duduk di kelas 1 di SMA itu.
Aku benar-benar tidak tahan melihat penampilannya yang sporty dan seksi setiap kali dia kelelahan lari dengan jarak yang lumayan jauh itu, dia tampak sangat seksi dengan seragam kaus yang agak ketat, serta bagian bawahnya celana pendek sexy yang agak ketat juga. Aku melihat dengan penuh nafsu keringat yang membasahi menghiasi tubuhnya yang indah itu hingga terlihat agak tembus pandang.
Singkat cerita Lidya aku bisiki, agar pada hari Jumat nanti yang merupakan jadwal kelas Lidya untuk berolah raga, dia sengaja berlari sendiri jauh dari teman-temannya yang lain dengan alasan nanti akan kubelikan es sirup dan juga untuk mengerjai teman-temannya agar iri melihatnya naik mobil sambil meminum es sirup. Lidya setuju saja karena dia pikir mungkin dengan begitu dia akan dapat mengerjai teman-temannya yang lain (padahal diam-diam aku yang akan mengerjainya habis-habisan).
Sehari sebelum hari H, aku menyiapkan tempat dan peralatan untuk siswi lugu ini di antaranya minuman energi, obat tidur, tali pramuka secukupnya, lakban, dan spons beserta sprei untuk kasur. Mobil pickup-ku pun sebelumnya aku persiapkan sedemikian rupa sehingga ruang tengah benar-benar pas untuk spons beserta spreinya.
Hari Jumat pun tiba. Pada pukul 05:30 WIB pun aku berangkat dari rumah dan menunggu mangsa yang satu ini. Kebetulan aku sudah mengetahui nomor HP-nya, sehingga aku tinggal missed call dia dari kejuhan dan dia langsung paham maksudku (agar dia tidak lupa dengan janjinya). Acara lari sudah dimulai dan tepat seperti dugaanku dia sudah berlari dengan mengurangi kecepatan untuk menjauh dari teman-temannya yang lain (tetapi larinya menurutku sudah telanjur terlalu jauh sekitar 1 km, mungkin ini dimaksudkannya untuk menghindari pengawasan gurunya dari belakang) dan dia juga sudah melihat mobilku dari kejauhan.
Aku langsung menghampiri dan mengajaknya masuk ke mobilku. Dia pun masuk ke mobilku tanpa basa-basi. Lalu aku memberinya es sirup yang telah kujanjikan kepadanya (yang tentunya sudah kuberi obat tidur secukupnya). Dia bahkan hanya melihat teman-temannya di depan yang mendahuluinya dan sama sekali tidak melihat ke belakang jika ada spon bersprei di sana, diapun saking hausnya langsung meneguk es sirup yang aku sebelumnya sudah campur dengan obat tidur tadi.
Dia benar-benar sudah keringatan karena kelelahan lari hingga semakin merangsangku untuk segera melumatnya. Keringatnya pun sudah tercetak di bajunya. Dia ingin agar aku segera mempercepat mobil dan menghampiri temantemannya untuk menggoda mereka, tapi aku menolaknya dengan alasan bahwa aku akan mengisi bensin dulu. Lidya menurutinya karena di dekat sekolahnya memang ada tukang bensin pinggir jalan (sambil aku menunggu obat tidurnya bereaksi). Walau bensin mobilku sebenarnya belum habis tapi aku terpaksa menuju ke tukang bensin itu juga.
Aku turun tetapi bukannya membeli bensin (karena memang masih penuh) tetapi malah membeli koran yang aku baca-baca sebentar di luar mobil. Lalu aku membayar koran itu dan kemudian masuk kembali ke mobil. Aku dapati Lidya sudah tertidur pulas, tapi rupanya dia masih sempat membuang bungkus es itu keluar mobil agar tidak mengotori lantai mobilku. Untung saja kepalanya tidak terantuk benda keras di depannya atau barang yang lain karena dia menempatkan tubuhnya di antara kursi depan dan pintu di sudut.
Aku pikir anak ini sudah tidak bisa berbuat apa-apa hingga langsung saja aku telentangkan dia di tempat yang sudah aku persiapkan sebelumnya. Hal pertama yang harus aku lakukan adalah menyumpal mulutnya dengan lakban agar dia tidak bisa berteriak ketika tersadar nanti. Aku mulai menjalankan mobilku dengan kencang ke tempat yang benar-benar sepi dari keramaian dan agak rindang. Beruntung dia belum bangun. Aku pun melanjutkan dengan menelanjanginya, melepas pakaiannya satu persatu. Aku melihat tubuhnya benar-benar seksi untuk gadis seusianya dan kulitnya yang sawo matang namun agak keputih-putihan itu benar benar mulus juga mengkilat mungkin karena terlalu lelah lari tadi.
Kuteruskan membuka BH-nya dan aku melihat pemandangan dua gunung yang lumayan montok untuk gadis seusianya, payudaranya benar-benar kencang. Lalu aku teruskan untuk membuka CD-nya yang putih tipis itu dan aku mendapatkan pemandangan yang sungguh indah, sebuah vagina mungil dengan dihiasi bulu-bulu lembut yang tidak terlalu lebat. Batang kemaluanku sudah mulai tidak bisa diajak berkompromi, maka aku cepat-cepat membuka seluruh pakaiannya kecuali sepatu sportnya yang berkaus kaki putih itu karena aku pikir dengan begitu dia akan terlihat benar-benar cantik dan sangat merangsang untuk dinikmati. Lalu aku cepat-cepat mengikatnya dengan tali pramuka yang telah kupersiapkan sebelumnya.
Aku ikat kedua tangannya di belakang punggung dengan ikatan yang sangat rapat hingga kedua tangannya menyiku. HP miliknya kuletakkan di kursi depan karena takut terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Lalu terakhir aku memotretnya habis-habisan dengan HP berkameraku. Kupotret seluruh tubuhnya dari depan, lalu aku balikkan tubuhnya kemudian memotretnya dari belakang. Untuk sementara tugasku kali ini sudah selesai dan aku tinggal menunggunya sadar, tetapi dia belum sadar juga, padahal obat tidur yang kuberikan tidak terlalu banyak. Ah peduli apa, pikirku. Walau dia belum sadar juga tidak ada salahnya jika dicicil sedikit.
Aku mulai dari kedua payudaranya yang sejak tadi seakan menghipnotisku untuk terus menatapnya. Aku mulai menghisapnya dengan kasar, dan rasanya benar-benar lezat. Aku terus menghisap dan menjilati keduanya sambil sesekali aku gigit saking gemasnya. Dan sewaktu aku mengerjai kedua payudaranya dia sedikit demi sedikit mulai tersadar. Kemudian aku melihat ke arah jam tanganku yang menunjukkan pukul 08:15 WIB, berarti dia tadi tertidur sekitar 1 jam lebih.
Mata Lidya langsung terbelalak keheranan karena begitu bangun dia langsung mendapatkan dirinya terikat tanpa pakaian di dalam mobil. Dia mencoba berteriak ketika dia mendapatkan dirinya dalam keadaan seperti itu, tapi itu semua sama sekali hanya membuang-buang tenaganya saja karena aku sudah menutup mulutnya dengan lakban.
“Eemmhh..!! Emmhh.. Mm.. Mmhh..!”, Lidya mencoba bersuara.
“Kamu tenang aja Wid.. Gak ada yang bakalan denger meski kamu berteriak sekencang apa pun, mulutmu itu sudah kubungkam dengan lakban dan di sini benar-benar sepi, paling paling yang mendengarmu cuma kambing sama ayam aja.. Ha.. Ha.., jadi sebaiknya simpan tenagamu dan nikmati saja apa yang akan terjadi sama kamu. Simpan tenagamu ya sayang.. Tugasmu masih banyak dan sama sekali belum dimulai”, ujarku.
Lidya menatapku dengan ketakutan, matanya memerah dan wajahnya jadi semakin pucat. Tapi dia tidak menghiraukan ucapanku tadi, dan dia meronta semakin kuat.
“Eemmhh..!! Em..!! Mmhh..!! Mm!! Hmmhh..!!” Karena ucapanku tidak diindahkannya, aku langsung mengobok-obok vaginanya dengan kasar sambil mengancamnya..
“Ayo!! Teriak lebih keras lagi!! Dengan begitu aku bisa lebih kasar lagi menghadapimu! Tugasmu masih banyak tahu!!”
Dia dengan sangat ketakutan mengangguk sambil mengucurkan air mata banyak sekali, lalu dia menangis tersedusedu mungkin karena vaginanya terasa sangat kesakitan ketika kuperlakukan dengan kasar tadi. Aku pun melanjutkan dengan menjilati vaginanya yang telah aku obok-obok dengan tangan tadi sambil menghisap-hisap dengan ganasnya serta kucolok-colokkan lidahku di liang senggamanya. Rasanya benar-benar nikmat sekali, belum pernah aku merasakan hal yang seperti ini sebelumnya. Lidya hanya bisa menangis dan mengucurkan air mata. Aku jadi semakin terangsang untuk berbuat lebih ganas lagi. Tapi lama-kelamaan aku jadi ingin tahu apa yang akan diucapkannya sedari tadi dan aku membisikinya..
“Aku mau membuka lakban yang menutupi mulutmu asal kamu janji tidak akan berteriak, kalo coba-coba teriak aku janji akan membuatmu lebih menderita lagi!! Tahu!!” Nampaknya Lidya merasa tidak bisa berbuat banyak lagi hingga dia hanya bisa mengangguk saja.
Breet.., setelah aku membukanya, dia segera memaki-makiku..
“Om bener-bener bajingan!! Anjing kamu!! Kenapa Om perlakukan aku seperti ini!! Bajingaann!! Anjiing!!” Aku yang tidak terima mendapat makian yang seperti itu hingga langsung menamparnya!! Plaak!! Kemudian Lidya membalasku dengan teriakan minta tolong.
“Toloong!! Toloong!! Toolong!!” Aku membiarkannya untuk membuktikan bahwa di sana memang tidak ada seorang pun yang dapat mendengarnya.
“Nah, teriak lebih keras lagi!! Ayo!! Kita lihat siapa yang dapat mendengarmu!!”
Setelah lama sekali minta tolong sampai suaranya parau (mungkin karena kelelahan) dan tidak menghasilkan apa pun, akhirnya Lidya hanya bisa menangis tersedu-sedu dengan suara yang serak kemudian dia berkata..
“Oomm.. Tolong lepaskan aku.. Pleeassse.. Apa salahku?? Kenapa aku diperlakukan seperti ini??”
“Kesalahanmu adalah karena berani-beraninya kamu tampil merangsang di depanku selama ini ha.. ha.. ha.. Kamu
tadi ngatain aku anjing kan!? Kita lihat sekarang siapa anjing yang sebenarnya!! Lihat dan rasakan saja!!”
Kemudian aku lepas semua pakaianku, lalu dengan kedua tanganku aku membuka kaki Lidya lebar-lebar ke kanan dan ke kiri sampai benar-benar mengangkang dan terlihat benar vagina itu menjadi semakin siap saji. Kemudian aku menancapkan batangku yang sedari tadi sudah tidak bisa lagi diajak kompromi sedikit pun itu ke vaginanya. Mungkin karena kesakitan saking sempitnya, dia berteriak memelas..
“Ammpuun Oom.. Aku jangan diperkosa!! Nanti kalo aku hamil gimanaa!! Pleeassee!!” “Itu urusanmu!! Yang aku tahu, sekarang kita akan bersenang-senang sepuasnya OK!!”
Sepertinya gerakan kakinya mencoba menutupi vaginanya yang sudah tertancap sepertiga batangku dan tampaknya vaginanya juga tidak mau diajak kompromi malah juga mencoba menutupinya sehingga batangku jadi terjepit. Aku yang menjadi agak jengkel lalu membuat kakinya lebih mengangkang lagi lalu dengan ganas kucoba menembus keperawanan Lidya hingga dia pun berteriak keras sekali..
“Ooaahh!! Aahh!! Ampuunn Oom!! Sakiit.. Sakiit.. Aakkhh.. Mmaahh.. Iikkhh.. Ampuun oomm!! Aku bisa matii oomm!! Sakiitt!! Uoohh!! Toloong!! Mamaa!! Maamaa!!”
Nampaknya jika Lidya merasa kesakitan dia selalu berteriak memanggil ibunya. Aku yang sudah telanjur basah begini terus melanjutkannya saja dengan mencoba menerobos keperawanannya. Dan akhirnya, crrtt.., aku merasa baru saja seperti ada yang sesuatu yang sobek hingga Lidya berteriak dan meronta sekuat tenaga.
Kulihat vaginanya dan ternyata benar, darah segar mengalir dengan derasnya. Aku cepat-cepat mengambil CD-nya untuk melap darah vaginanya agar tidak mengotori spreiku. Kulihat juga mulut Lidya yang terbuka sangat lebar meronta-ronta dan tampak sangat menderita dengan kedua tangan yang masih terikat erat di belakang dan pakaiannya yang mulai acak-acakan, apalagi ditambah dengan sepatu sport dan kaus kaki putihnya hingga semakin merangsangku untuk berbuat lebih ganas.
Kemudian aku menggenjotnya lagi dan kali ini dengan tanpa ampun lagi karena aku sudah benar-benar kesetanan. Kugenjot vagina Lidya yang mulai licin itu dengan semakin ganas. Tetapi kupikir ini masih terlalu sulit dilakukan, tetapi peduli setan, aku terus menggenjotnya semakin ganas dengan genjotan liarku, sampai-sampai suaranya terdengar, clep, clepp, clepp.., sementara Lidya hanya bisa mengerang kesakitan.
Begitu seterusnya sampai suara teriakannya lebih serak dari yang sebelumnya, dan ternyata air mata Lidya yang menangis tersedu-sedu semenjak tadi belum habis juga malah semakin deras sehingga membasahi payudaranya. Sambil menggenjotnya, aku menjilati air mata Lidya itu, lalu aku mengulum mulutnya yang semenjak tadi menganga itu sampai dia sulit untuk bernapas sampai akhirnya, crott.. Spermaku kukeluarkan di rahim gadis SMA kelas 1 yang malang itu. Aku pun lalu berkelojotan kenikmatan.
Entah mengapa, mungkin karena Lidya kelelahan lari sewaktu berolah raga tadi, ditambah dengan rontaanrontaannya yang hebat dan payudara dan vaginanya yang kuhisap habis-habisan hingga membuatnya pingsan seperti orang mati saja. Mungkin karena tubuh Lidya menindih kedua tangannya sendiri yang terikat ketat di belakang hingga membuat buah dadanya jadi membubung ke atas. Aku jadi bernafsu lagi melihatnya hingga aku mengerjainya kembali selagi dia pingsan. Kuhisap-hisap sambil sedikit kugigit dan menariknya ke atas saking gemasnya hingga akibatnya kedua payudaranya kini jadi memerah, tetapi aku tidak mempedulikannya sama sekali.
Kulihat jam tanganku, waktu telah menunjukkan pukul 12:18 WIB, berarti aku tadi telah mengerjainya selama 4 jam, wajar jika dia sekarang pingsan, mungkin juga pada jam ini Lidya sudah seharusnya pulang sekolah karena ini adalah hari Jumat, tapi peduli apa aku.
Aku memutuskan untuk beristirahat dulu sambil minum minuman berenergi yang sudah aku persiapkan dari rumah untuk memulihkan energiku yang sudah lumayan habis dan untuk mempersiapkan diri pada action berikutnya. Karena tali pramuka yang kubawa tidak cuma satu, aku pun mempersiapkan tali pramuka baru yang masih berbentuk gulungan rapi, putih mengkilat, sangat ketat, lumayan besar dan panjang karena yang aku beli adalah tali pramuka berkualitas istimewa, tapi bukannya aku akan menggunakan tali pramuka yang baru itu untuk mengikatnya lebih jauh lagi, melainkan aku menggunakannya sebagai tanda jika dia sudah tersadar nantinya, pasti dia akan meronta. Caranya adalah kumasukkan tali pramuka yang masih berbentuk gulungan itu ke dalam vaginanya dalamdalam. Memang ini agak sulit kulakukan, mungkin karena ukuran vaginanya yang terlalu kecil itu, jadi terpaksa aku memuntir-muntirnya dulu sampai akhirnya masuk walaupun ujungnya masih terlihat sedikit, mungkin ini memang sudah mentok, pikirku.
Untuk sementara aku beristirahat dan mencoba untuk tidur di samping Lidya. Aku tidak perlu khawatir dengan halhal yang tidak diinginkan, karena tempat itu benar-benar sepi dan berada di bawah pohon besar yang rindang, lagipula tangan Lidya sudah terikat tidak berdaya, dan apabila Lidya terbangun atau tersadar nanti dia pasti akan meronta kesakitan karena vaginanya yang telah aku jejali dengan tali pramuka yang masih tergulung itu.
Lalu aku tertidur pulas di samping Lidya. Aku tertidur sampai seperti orang mati saja sehingga sewaktu Lidya tersadar duluan, aku hanya mendengar erangannya sambil memanggil-manggil mamanya. Aku pikir aku masih dalam keadaan bermimpi saat mendengar suara siapa itu. Dan setelah aku terbangun, aku baru sadar bahwa itu adalah suara Lidya yang meronta kesakitan karena tali pramuka yang menyumpal vaginanya. Aku cepat-cepat melihat jam tanganku, dan jam menunjukkan telah pukul 15:10 WIB, berarti aku dan Lidya tadi telah tertidur sekitar 3 jam.
“Aakkhh!! Eengghh!! Mmamaa!! Ahaakkhh!! Mamaa!!”
“Tenang aja Wid, di sini nggak ada yang bakalan denger apalagi Mama kamu, jadi simpan saja tenagamu karena tugasmu belum selesai”.
Karena tenagaku sudah pulih, aku segera saja menuju target yang belum pernah kujamah dari tadi yaitu anusnya. Sebelumnya aku harus membuat tubuh Lidya tertelungkup di kursi paling belakang, tapi kakinya tetap berada di bawah yaitu di spons bersprei itu. Tapi sayangnya sudut atau siku kursi mobilku yang paling belakang kurang pas seperti yang kuharapkan untuk posisi doggy style, yaitu kepala Lidya yang tertelungkup sudah mentok ke kursi padahal vaginanya belum menyentuh ujung atau siku kursi sehingga kupikir ini pasti tidak akan seperti yang kuharapkan.
Maka kuangkat kepala Lidya tengadah, sehingga muka Lidya sekarang menghimpit rapat pada sandaran kursi, sampai-sampai erangannya terbungkam oleh sandaran kursi di mobilku, untungnya semua jok kursi di mobilku telah kubelikan yang berkualitas bagus sehingga benar-benar empuk. Dan akhirnya posisinya telah kurasa pas untuk melakukan posisi doggy style. Setelah mendapatkan posisi yang tepat, pertama aku menjilati dan menusuk-nusuk anus Lidya dengan lidahku dengan ganasnya dan rasanya benar-benar nikmat sekali. “Aduuhh!! Aahh!! Nghaa!! Aduduuhh!! Aakkhh!!”
Aku sama sekali tidak tahu mengapa Lidya tampak menderita sekali, padahal aku belum melakukan apa-apa, hanya sebatas menjilati sambil menusuk-nusuk anus Lidya dengan lidahku. Dan aku baru teringat bahwa ternyata penyebabnya adalah gulungan tali pramuka yang masih bersarang di vagina Lidya. Ah peduli apa aku, justru dengan dia meronta-ronta seperti itu akan membuat nafsuku semakin meledak, jadi aku biarkan saja tali pramuka yang masih tergulung rapi dan ketat itu bersarang di vaginanya.
Tanpa pikir panjang aku langsung mengambil posisi untuk mengerjainya lagi. Pertama-tama aku menancapkan sepertiga batangku dulu di anusnya. Karena anus Lidya benar-benar kecil maka ini akan cukup sulit, pikirku. Tibatiba terdengar rontaan Lidya meskipun kurang jelas karena terbekap jok mobil.
“Ampuun oomm!! Mau diapakan aku!! Jangan di situ Oom!! Aku bisa mati!! Ampuun!! Ampuun!! Jangan Omm!!”
Tanpa peduli sedikit pun dengan apa yang diucapkan Lidya, aku mulai kembali mencoba menerobos anus Lidya. Kumasukkan (meskipun hanya bisa sepertiga yang masuk), kemudian aku keluarkan lagi, dan terus kulakukan itu sampai anus Lidya menjadi sedikit licin dan longgar. Karena akhirnya aku agak jengkel dan bosan untuk menunggu lebih lama lagi, maka kuterobos saja liang anus Lidya dengan sekuat tenaga. Slackk!! Scrrct!!
“Uuookkhh!! Khaakkhh!! Ahhgghh!!”, jerit Lidya.
Lidya tampak benar-benar menderita, dan aku juga sudah merasakan ada sesuatu yang sobek, maka aku teliti anusnya untuk memastikannya dan ternyata benar, darah segar sudah mengucur deras dari liang anusnya. Aku kembali mengambil CD-nya untuk membersihkan darah dari anusnya. Darahnya benar-benar banyak, mungkin karena liang anusnya terlalu kecil. Dan setelah aku memastikan liang anus Lidya telah terasa licin dan mulai nikmat untuk digarap, langsung saja kugenjot dia dengan sodokan-sodokanku yang ganas. Lidya hanya bisa menangis tersedu-sedu dan memohon untuk segera dipulangkan ke rumahnya karena mungkin orang tuanya sekarang sudah mulai mencemaskan anak gadisnya yang belum pulang dari sekolah.
“Enngghh.. Enngghh.. Mngghh.. Enhgh.. Oom.. Sudah oomm.. Aku mohoon.. Aku pengen pulaang.. Aku pengen pulang Oom.. Heenngghh.. Engghh..”
Mendengar rintihannya yang terdengar serak dan sangat menderita itu menyebabkan birahiku justru semakin meledak, dan aku menggenjot anusnya dengan lebih ganas lagi hingga akhirnya aku menyemburkan spermaku di dalam anus Lidya. Aku tahu Lidya pasti sangat menderita sekali karena selain dia baru saja kusodomi habishabisan, juga tali pramuka yang masih bersarang di vaginanya, dan juga tali pramuka yang mengikat kedua
tangannya di belakang (sampai kedua tangannya berbentuk siku) akan menambah siksaan yang harus dijalaninya demi memuaskan nafsu bejatku.
Sambil beristirahat sebentar aku kembali membaringkan tubuh Lidya yang sudah bermandi peluh itu hingga tampak mengkilap ke spons bersprei itu. Lidya tidak henti-hentinya menangis, air matanya juga tidak henti-hentinya keluar. Tiba-tiba terdengar HP Lidya berbunyi. Setelah aku lihat identitas pemanggilnya ternyata bertuliskan “Mama”. Wah, aku pikir Mama-nya Lidya sudah mecemaskan anaknya yang belum pulang juga dari sekolahnya. Aku kemudian memperlihatkan kepada Lidya siapa orang yang mencoba menghubunginya. Segera saja mata Lidya terbelalak saat mengetahui bahwa itu adalah Mama-nya hingga Lidya berteriak sekuat tenaga.
“Maamaa!! Maammaa!! Tooloong aku Maa!! Maamaa!!”
Lidya berteriak keras sekali berharap aku mau menyambungkan telepon untuknya, tetapi yang aku lakukan adalah justru memutuskan sambungan telepon itu di hadapannya.
“Bangsaatt!! Anjiing!! Bajingaann kamuu!! Bangsaat kamu!! Anjiing!!”, maki Lidya, lalu Lidya kembali menangis. “Ennghh.. Heennggh.. Kenapa kamu tega melakukan ini? Itu Mamakuu.. Heenggh.. Aku pengen pulaanng!! Mamaa!!”
Bukannya aku kasihan terhadap Lidya, aku malah mereply SMS ke Mama-nya yang berisikan, “Ma aku lagi bersenang-senang jadi jangan ganggu aku ya!!” Sebelum aku mengirimkan SMS itu ka Mama-nya aku perlihatkan dulu isi SMS itu kepada Lidya hingga kembali ia memakiku.
“Kamu bener-bener menjijikkan!! Terkutuk kamu!! Bangsaat!!”
Aku kemudian menjilati air matanya yang terus bercucuran sampai bersih. Aku juga membenahi kedua kaus kakinya yang mulai merosot, juga tali sepatu sport-nya yang mulai acak-acakan hingga akhirnya Lidya kembali rapi dan merangsang untuk dinikmati.
Karena aku tidak mau dia keburu pingsan lagi padahal tugasnya memuaskanku belum selesai, aku memutuskan untuk mengocok batangku di dalam mulut Lidya agar sperma yang nanti ditelannya bisa sedikit memberinya energi, lalu aku mengangkat kepalanya, memasukkan batangku ke mulutnya, dan membuat gerakan maju mundur berirama.
“Nymlhh!! Nymngmh!! Ghhkkh!! Nnymhkh!! Ghkmnh!!”, gumam Lidya saat mulutnya kupaksa dimasuki batangku.
Melihat Lidya yang menangis tersedu-sedu dan tampak sangat menderita, nafsu birahiku semakin memuncak, lalu kupercepat saja tempo genjotanku sampai akhirnya.., crott.. croott.. croot.. Akhirnya aku menyemburkan spermaku di dalam mulut Lidya. Lalu aku cepat-cepat menutup mulut Lidya dengan hati-hati agar jangan sampai ada sperma yang dimuntahkannya lagi.
Lidya malah mencoba memaksa memuntahkannya, hingga akhirnya sebagian kecil spermaku berhasil dimuntahkannya lewat sela-sela tanganku. Aku tidak ingin hal ini terjadi lagi hingga tangan kiriku berusaha menutupi mulutnya dan tangan kananku menjepit hidungnya sekuat tenaga agar tidak ada jalan baginya lagi untuk bernapas selain menelan spermaku. Dan kulihat tenggorokannya seperti menelan sesuatu.
Aku pikir dia akhirnyua sudah menelan spermaku semuanya. Kali ini Lidya benar-benar seperti mabuk. Spermaku yang sedikit berceceran di mulutnya aku sapukan merata ke mukanya dengan harapan agar dia merasa lebih fresh. Aku merasa kehausan juga, mungkin karena sudah dari tadi berulang-ulang mengeluarkan sperma untuk pelacur kecilku ini. Aku jadi punya ide konyol. Sebelumnya aku keluarkan dulu gulungan tali pramuka yang menyiksanya.
Lidya kemudian malah meronta dan badannya juga bergetar, mungkin karena menahan pedih. Tali pramuka yang tadinya putih bersih itu sekarang sudah jadi berwarna agak gelap dan dipenuhi banyak darah dan cairan vagina. Aku menjilatinya sebentar dan, hmm.. rasanya benar benar lezat.
“Wid, aku sekarang pengen kamu kencing!! Cepet!! Aku udah haus banget dari tadi ngerjain kamu!!”, perintahku. “Aa.. Aapa maksudmu!? Aku nggak bisa pipis sekaraang.. Aa.. Aaku.. Lagi nggak kebelet..”
“Ya udah kalo gitu aku bantu sini!!”
“Aa.. Apaa..!?” Aku kemudian mengulum vaginanya dan menghisap-hisapnya serta tanganku menggelitikinya dengan harapan dia akan mengompol.
“Ahahaakhh!! Ahaahaahh!! Khaahaa!! Gelii!! Apa-apaan kamu!?”
Pemandangan yang tampak aneh karena dia bisa setengah tertawa geli setengah menangis tersedu-sedu, sambil badannya bergetar hebat. Lidya aku perlakukan seperti itu lama sekali sampai akhirnya dia mengompol juga meskipun hanya keluar sedikit-sedikit.
“Aakkhhaakhh!! Aakkhh!! Sakiit!!”
Aku tidak tahu pasti mengapa dia kesakitan padahal dia hanya mengompol saja. Aku baru ingat jika aku tadi sudah mengobok-obok dan memerawani vagina Lidya dengan cara yang kasar hingga jika dia sekarang merintih kesakitan tentunya wajar. Tapi peduli apa aku. Kulanjutkan saja dengan menghisap dan menelan air seni gadis SMA kelas 1 itu. Mungkin karena Lidya merasakan perih yang teramat sangat, maka dia hanya mengeluarkan air kencing itu sedikitsedikit sambil mengerang kesakitan.
Suara rintihannya jadi semakin lemah mungkin karena dia kelelahan. Air seninya hanya keluar sedikit sehingga lamakelamaan aku agak jengkel juga, lalu aku menghisapnya saja dengan paksa. Hmm.. Ini benar-benar lezat sekali, lebih lezat daripada teh celup manapun, pikirku, hahaha..
Rontaan Lidya menjadi lebih panjang dan dia tampak lebih menderita daripada sebelumnya. Setelah aku pikir air seni Lidya benar-benar sudah habis, aku sudahi saja permainan itu. Tiba-tiba HP Lidya berbunyi lagi, dan setelah kulihat ternyata Mama-nya Lidya yang mereply SMS-ku, “Bersenang-senang!? Apa maksudmu sayang!? Kenapa kamu bicara kasar gitu sama Mama!? Kamu sekarang ada dimana sayang!?”
Aku memperlihatkan SMS yang dikirimkan Mamanya kepada Lidya. Mungkin karena dipikir dirinya sudah tidak bisa berbuat banyak, Lidya menanggapinya hanya dengan menangis tersedu-sedu sambil memanggil-manggil Mamanya. Kemudian aku kembali mereply SMS tersebut, “Apa urusan Mama dg perkataanku yg ksr!! Makanya jgn ganggu aku lg!! Aku ada les privat dadakan, dan lokasinya ada di sorga dunia, mata pelajarannya adl ttg Kenikmatan Duniawi!! Jd Mama gak usah khawatir dan skrg mending Mama tidur aja!! Aku msh hrs bljr lbh byk lg ttg mata pljrn ini!!”
Seperti tadi, sebelum aku mengirimkan SMS itu ke Mama-nya Lidya, aku perlihatkan dulu SMS itu kepada Lidya. Mata Lidya kembali terbelalak, kemudian memakiku habis-habisan.
“Bangsaat kamu Jhony!! Kamu bener-bener terkutuk!! Kamu bukan manusiaa!! Anjing kamuu!!”
Mungkin karena saking marahnya, Lidya langsung memanggil namaku “Jhony” dan bukan “Om” lagi. Tetapi aku sama sekali tidak menghiraukan ucapannya, dan dia kemudian menangis lagi.
Singkat cerita, setelah itu aku kembali terus mengerjai Lidya yang sudah tampak seperti orang mabuk itu sampai suara rintihannya menjadi serak sekali. Ketika sedang asyik-asyiknya mengerjai siswi SMA yang lugu dan malang itu, ternyata HP-nya berbunyi lagi, kulihat ternyata Mama-nya yang mencoba menghubungi Lidya lagi yang kali ini kuabaikan. Ternyata Mama-nya Lidya tidak mudah menyerah, dia malah mengirim SMS lagi, “Sayang, pulang donk, ini kan sudah jam 5 sore & sudah mo maghrib sayang. Pulang ya sayang ya!? Mama kuatir banget sama kamu sayang! Pulang ya sayang ya!?”
Aku terkejut juga, lalu aku melihat jam tanganku dan ternyata benar yang dikatakan Mama-nya Lidya, sekarang sudah pukul 17:15 WIB. Mungkin karena keasyikan sekali sewaktu mengerjai tubuh Lidya yang indah itu, aku sampai lupa waktu. Aku kembali membalas SMS Mama-nya Lidya, “Iya Ma! Aku sgr plg! Cuma tinggal satu permainan, tunggu sebentar ya Ma!!”
Seperti sebelumnya, sebelum aku mengirimkan SMS ke Mama-nya, SMS itu kutunjukkan dulu kepada Lidya, dan seperti sebelumnya juga, Lidya hanya bisa meresponsnya dengan meronta dan menangis. Kemudian aku memutuskan untuk mengakhiri permainan sampai di sini. Sebagai permainan terakhir, aku mengencingi Lidya merata sampai hampir ke seluruh tubuhnya, tapi sebagian besar air seniku kutembakkan ke mukanya.
“Bangsatt!! Apa-apaan ini!! Anjing kamu Jhony!! Akh! Udah Jhony!! Ampuun!!”
Lidya hanya bisa merespons permainan terakhirku dengan memaki-makiku. Aku tidak menanggapi makiannya, karena justru Lidyalah yang sekarang tampak seperti seonggok daging hidup yang hina, pikirku. Mobilku jadi bau pesing juga jika begini caranya, pikirku, tapi sudahlah, toh ini juga air seniku sendiri. Kemudian tali yang mengikat ketat tangan Lidya sejak dari pagi tadi kulepas, lalu Lidya membuka kedua tangannya secara berlahan-lahan dan dengan sedikit gemetaran, mungkin karena terlalu lama dalam keadaan terikat dan ikatannya sangat kencang.
Kemudian setelah itu langsung saja Lidya kutarik keluar dari mobil dalam keadaan telanjang bulat, yang menutupi tubuhnya tinggal kaus kaki beserta sepatu sportnya, karena rencanaku semua pakaian Lidya termasuk BH dan CDnya yang telah berlumuran darah keperawanan Lidya itu akan aku gunakan untuk masturbasi nantinya termasuk juga foto-foto bugil Lidya yang telah kuambil sebelum ia kuperkosa tadi.
Lidya benar-benar nampak panik. Aku memberikan HP-nya kembali, karena memang hanya HP yang ada di sakunya dan dia tidak membawa benda lain lagi seperti dompet atau yang lain-lain, dengan harapan dia dapat segera menghubungi Mama-nya untuk meminta bantuan. Kemudian aku bergegas menutup pintu mobilku dan segera tancap gas tanpa menghiraukan Lidya lagi. Daerah itu memang sangat sepi apalagi jika menjelang larut.
Sempat kulihat dari kaca spion, Lidya langsung berlindung di bawah pohon yang rindang dan langsung menggunakan HP-nya untuk mencari bantuan. Tentunya untuk saat ini hanya HP-nyalah satu-satunya alat penentu keselamatan Lidya, karena dengan keadaan Lidya yang bertelanjang bulat seperti sekarang ini dia menjadi serba salah, jika dia mencari bantuan di tempat yang sepi seperti kepada orang lain yang belum dikenalnya, bisa-bisa malah dia akan dimangsa lelaki hidung belang selain aku. Aku bergegas meninggalkan tempat itu dengan kecepatan yang sangat tinggi untuk segera pulang ke rumah.
Pada keesokan harinya, aku tidak pernah lagi melintasi jalan di sekitar sekolah Lidya dan juga segera mengganti nomor dan penampilan mobilku untuk menghindari pelacakan dari pihak berwajib.
Read more

Tante ku yang Montok Berjilbab Menjadi Pasrah Ketika Kuajak Ngeseks


Selama ini aku punya seorang bibi Namun karena dia masih muda, karena menjadi istri keempat dari pamanku, maka aku sering memanggilnya mbak Ummi Umurnya 28 tahun Mbak Ummi adalah seorang wanita yang taat beribadah dan alim Jika keluar rumah, ia selalu memakai jilbab lebar dan jubah terusan
Bahkan jika dirumah sedang menunggu warungnya, ia juga pakai jilbab lebar dan jubah untuk memudahkan saat ada pelanggan Sudah lama aku mengagumi wajahnya yang cantik dan kulitnya yang putih Wajah dan suaranya yang seakan sendu dan pasrah selalu membuat birahiku meninggi saat ada didekatnya Apalagi dengan bibir indah dan hidung mancungnya
Suatu saat, aku pernah main kerumahnya dan mendapati ia sedang mandi Aku langusng mengintipnya dan melihat ia sedang mandi sambil bermasturbasi Desahan2nya membuatku panas dingin Apalagi sembari melihat tubuhnya yang putih montok tanpa sehelai benangpun Namun entah mengapa, aku lebih terangsang jika melihat ia memakai jilbab dan jubah panjangnya Sensasi yang terjadi seakan lebih erotis
Suatu saat, paman ditugaskan ke bandung selama 2 minggu Aku diminta untuk terkadang menjenguk Mbak Ummi, karena ia adalah istri kesayangan paman Kesempatan untuk mendapatkan apa yang kuinginkan Aku tahu, paman adalah seorang pria yang gairah seksnya tinggi Itu juga alasan ia mampu melayani keempat istrinya Maka, pastilah mbak Ummi yang sudah ditinggal 1 minggu dan tidak merasakan belaian suaminya, merasa rindu pada belaian laki2 Biarlah aku yang melayaninya Huheuhueheuheuh…
Sampai dirumahnya, aku menemukan ruang depan kosong Siang2 begini pasti mbak Ummi menunggu warungnya di ruangan kecil dibelakang warung Ruangan itu berisi ranjang yang biasa digunakan untuk berbaring jika menunggu warung
Mungkin Mbak Ummi sedang tidur disana Aku berjingkat agar langkahku tak kkedengaran, Sampai di ruangan itu, kbenar ulihat Mbak Ummi tidur Posisi tidur Mbak Ummi telentang dan Mbak Ummi hanya memakai jubah merah muda yang tipis dan jilbab berbahan kaus yang tersingkap
jubahnya sudah terangkat sampai di pangkal pahanya, sehingga agak terlihat CD mini yang dikenakannya berwarna putih tipis, sehingga terlihat belahan kemaluan Mbak Ummi yang ditutupi oleh rambut hitam halus kecoklat-coklatan Buah dada Mbak Ummi yang montok dan padat itu terlihat samar-samar di balik jubah coklat susunya yang tipis, naik turun dengan teratur Jilbabnya yang tersingkap tak mampu menutupinya
Walaupun dalam posisi telentang, tapi buah dada Mbak Ummi terlihat mencuat ke atas dengan putingnya yang kecil nampak jelas Melihat pemandangan yang menggairahkan itu aku benar-benar terangsang hebat Dengan cepat kemaluanku langsung bereaksi menjadi keras dan berdiri dengan gagahnya, siap tempur Perlahan-lahan kuberjongkok di samping tempat tidur dan tanganku secara hati-hati menarik jubah mbak Ummi semakin keatas, sehingga Cdnya semakin jelas terlihat
Kemudian tanganku kuletakkan dengan lembut pada belahan kemaluan Mbak Ummi yang mungil itu yang masih ditutupi dengan CD Perlahan-lahan tanganku mulai mengelus-elus kemaluan wanita alim yang montok itu dan juga bagian paha atasnya yang benar-benar licin putih mulus dan sangat merangsang
Terlihat Mbak Ummi agak bergeliat dan mulutnya agak tersenyum, mungkin wanita berjilbab ini mimpi, sedang becinta dengan paman Aku melakukan kegiatanku dengan hati-hati takut Mbak Ummi terbangun Perlahan-lahan kulihat bagian CD Mbak Ummi yang menutupi kemaluannya mulai terlihat basah, rupanya Mbak Ummi sudah mulai terangsang juga Dari mulutnya terdengar suara mendesis perlahan dan badannya menggeliat-geliat perlahan-lahan Aku makin tersangsang melihat pemandangan itu
Cepat-cepat kubuka semua baju dan CD-ku, sehingga sekarang aku bertelanjang bulat Kontolku yang 19 cm itu telah berdiri kencang menganguk-angguk mencari mangsa Dan aku membelai-belai buah dadanya, dia masih tetap tertidur saja Aku tahu bahwa puting dan klitoris Mbak Ummiku tempat paling suka dicumbui, karena aku sering mengintip saat paman dan mbak Ummi nge-seks
Lalu tanganku yang satu mulai gerilya di daerah memeknya Kemudian perlahan-lahan aku menggunting CD mini Mbak Ummi dengan gunting yang terdapat di sisi tempat tidur wanita alim yang montok ini Sekarang kemaluan Mbak Ummi terpampang dengan jelas tanpa ada penutup lagi Perlahan-lahan kedua kaki Mbak Ummi kutarik melebar, sehingga kedua pahanya yang montok dan putih terpentang
Dengan hati-hati aku naik ke atas tempat tidur dan bercongkok di atas Mbak Ummi Kedua lututku melebar di samping pinggul Mbak Ummi dan kuatur sedemikian rupa supaya tidak menyentuh pinggul Mbak Ummi Tangan kananku menekan pada kasur tempat tidur, tepat di samping tangan Mbak Ummi, sehingga sekarang aku berada dalam posisi setengah merangkak di atas wanita berjilbab montok ini
Tangan kiriku memegang batang kontolku Perlahan-lahan kepala kontolku kuletakkan pada belahan Bibir kemaluan Mbak Ummi yang telah basah itu Kepala kontolku yang besar itu kugosok-gosok dengan hati-hati pada Bibir kemaluan Mbak Ummi Terdengar suara erangan perlahan dari mulut Mbak Ummi dan badannya agak mengeliat, tapi matanya tetap tertutup Akhirnya kutekan perlahan-lahan kepala kemaluanku membelah Bibir kemaluan Mbak Ummi
Sekarang kepala kemaluanku terjepit di antara Bibir kemaluan Mbak Ummi Dari mulut Mbak Ummi tetap terdengar suara mendesis perlahan, akan tetapi badannya kelihatan mulai gelisah Aku tidak mau mengambil resiko, sebelum Mbak Ummi sadar, aku sudah harus menaklukan kemaluan Mbak Ummi dengan menempatkan posisi kontolku di dalam lubang memek wanita berjilbab yang menggairahkan ini
Sebab itu segera kupastikan letak kontolku agar tegak lurus pada kemaluan Mbak Ummi Dengan bantuan tangan kiriku yang terus membimbing kontolku, kutekan perlahan-lahan tapi pasti pinggulku ke bawah, sehingga kepala kontolku mulai menerobos ke dalam lubang kemaluan Mbak Ummi
Kelihatan sejenak kedua paha Mbak Ummi bergerak melebar, seakan-akan menampung desakan kontolku ke dalam lubang kemaluanku Badannya tiba-tiba bergetar menggeliat dan kedua matanya mendadak terbuka, terbelalak bingung, memandangku yang sedang bertumpu di atasnya Mulutnya terbuka seakan-akan siap untuk berteriak
Dengan cepat tangan kiriku yang sedang memegang kontolku kulepaskan dan buru-buru kudekap mulut Mbak Ummi agar jangan berteriak Karena gerakanku yang tiba-tiba itu, posisi berat badanku tidak dapat kujaga lagi, akibatnya seluruh berat pantatku langsung menekan ke bawah, sehingga tidak dapat dicegah lagi kontolku menerobos masuk ke dalam lubang kemaluan Mbak Ummi dengan cepat
Badan wanita berjilbab itu tersentak ke atas dan kedua pahanya mencoba untuk dirapatkan, sedangkan kedua tangannya otomatis mendorong ke atas, menolak dadaku Dari mulutnya keluar suara jeritan, tapi tertahan oleh bekapan tangan kiriku
“Aauuhhmm aauuhhmm hhmm !” desahnya tidak jelas Kemudian badannya mengeliat-geliat dengan hebat, kelihatan Mbak Ummi sangat kaget dan mungkin juga kesakitan akibat kontolku yang besar menerobos masuk ke dalam kemaluannya dengan tiba-tiba
Meskipun Mbak Ummi meronta-ronta, akan tetapi bagian pinggulnya tidak dapat bergeser karena tertekan oleh pinggulku dengan rapat Karena gerakan-gerakan Mbak Ummi dengan kedua kaki Mbak Ummi yang meronta-ronta itu, kontolku yang telah terbenam di dalam memek Mbak Ummi terasa dipelintir-pelintir dan seakan-akan dipijit-pijit oleh otot-otot dalam memek wanita alim yang montok ini Hal ini menimbulkan kenikmatan yang sukar dilukiskan
Karena sudah kepalang tanggung, maka tangan kananku yang tadinya bertumpu pada tempat tidur kulepaskan Sekarang seluruh badanku menekan dengan rapat ke atas badan Mbak Ummi, kepalaku kuletakkan di samping kepala Mbak Ummi sambil berbisik kekuping Mbak Ummi “Mbaak , mbaak , ini aku Eric Tenang mbaak , sshheett , shhett !” bisikku
Bibiku yang alim namun montok ini masih mencoba melepaskan diri, tapi tidak kuasa karena badannya yang mungil itu teperangkap di bawah tubuhku Sambil tetap mendekap mulut Mbak Ummi, aku menjilat-jilat kuping Mbak Ummi dari luar jilbab kausnya dan pinggulku secara perlahan-lahan mulai kugerakkan naik turun dengan teratur
Perlahan-lahan badan Mbak Ummi yang tadinya tegang mulai melemah Kubisikan lagi ke kuping Mbak Ummi, “Mbaak , tanganku akan kulepaskan dari mulut Mbak Ummi, asal Mbak Ummi janji jangan berteriak yaa ?” Perlahan-lahan tanganku kulepaskan dari mulut Mbak Ummi Kemudian Mbak Ummi berkata,
“Riic , apa yang kau perbuat ini ? Kamu telah memperkosa Mbak Ummi !” Aku diam saja, tidak menjawab apa-apa, hanya gerakan pinggulku makin kupercepat dan tanganku mulai memijit-mijit buah dada Mbak Ummi yang masih tertutup jubah tipis, terutama pada bagian putingnya yang sudah sangat mengeras Jilbabnya yang tersibak semakin membuat wajahnya nampak semakin menggairahkan
Rupanya meskipun wajah Mbak Ummi masih menunjukkan perasaan marah, akan tetapi reaksi badannya tidak dapat menyembunyikan perasaannya yang sudah mulai terangsang itu Melihat keadaan Mbak Ummi ini, tempo permainanku kutingkatkan lagi Akhirnya dari mulut wanita alim berjilbab itu terdengar suara,
“Oohh , oohh , sshh , sshh , eemm , eemm , Riicc , Riicc !” Dengan masih melanjutkan gerakan pinggulku, perlahan-lahan kedua tanganku bertumpu pada tempat tidur, sehingga aku sekarang dalam posisi setengah bangun, seperti orang yang sedang melakukan push-up Dibawahku terlihat seorang wanita yang alim dan berjilbab, sudah tersingkap jilbabnya dan semakin bergairah kusodok-sodok dengan kontol besarku
Dalam posisi ini, kontolku menghujam kemaluan Mbak Ummi dengan bebas, melakukan serangan-serangan langsung ke dalam lubang kemaluan Mbak Ummi Kepalaku tepat berada di atas kepala Mbak Ummi yang tergolek di atas kasur
Kedua mataku menatap ke bawah ke dalam mata Mbak Ummi yang sedang meram melek dengan sayu Dari mulutnya tetap terdengar suara mendesis-desis Selang sejenak setelah merasa pasti bahwa Mbak Ummi telah dapat kutaklukan, aku berhenti dengan kegiatanku
Setelah mencabut kontolku dari dalam kemaluan Mbak Ummi, aku berbaring setengah tidur di samping Mbak Ummi Sebelah tanganku mengelus-elus buah dada Mbak Ummi terutama pada bagian putingnya, dari balik jubahnya
“Eehh , Ric , kenapa kau lakukan ini kepada tantemu !” katanya Sebelum menjawab aku menarik badan Mbak Ummi menghadapku dan memeluk badan montoknya dengan hati-hati, tapi lengket ketat ke badan Bibirku mencari bibirnya, dan dengan gemas kulumat habis Woowww ! Sekarang wanita alim itu menyambut ciumanku dan lidahnya ikut aktif menyambut lidahku yang menari-nari di mulutnya
Selang sejenak kuhentikan ciumanku itu Sambil memandang langsung ke dalam kedua matanya dengan mesra, aku berkata, “Mbaak sebenarnya aku sangat sayang sekali sama Mbak Ummi, Mbak Ummi sangat cantik lagi ayu !” Sambil berkata itu kucium lagi Bibirnya selintas dan melanjutkan perkataanku,
“Setiaap kali melihat Mbak Ummi bermesrahan dengan Paman, aku kok merasa sangat cemburu, seakan-akan Mbak Ummi adalah milikku, jadi Mbak Ummi jangan marah yaa kepadaku, ini kulakukan karena tidak bisa menahan diri ingin memiliki Mbak Ummi seutuhnya ” Selesai berkata itu aku menciumnya dengan mesra dan dengan tidak tergesa-gesa
Ciumanku kali ini sangat panjang, seakan-akan ingin menghirup napasnya dan belahan jiwanya masuk ke dalam diriku Ini kulakukan agar ia semakin pasrah kuajak ngeseks, karena sudah berhasil dengan beberapa orang cewek lainnya Rupanya Mbak Ummi akhirnya takluk, sehingga pelukan dan ciumanku itu dibalasnya dengan tidak kalah mesra juga
Beberapa lama kemudian aku menghentikan ciumanku dan aku pun berbaring telentang di samping Mbak Ummi, sehingga Mbak Ummi dapat melihat keseluruhan badanku yang telanjang itu “Iih , gede banget barang kamu Ricc ! Itu sebabnya tadi Mbak Ummi merasa sangat penuh dalam badan Mbak Ummi ” katanya,
mungkin punyaku lebih besar dari punya paman Lalu aku mulai memeluknya kembali dan mulai menciumnya Ciumanku mulai dari mulutnya turun ke pangkal lehernya yang tidak tertutup jilbab, sembari perlahan kubuka kancing jubahnya sampai perut
Woooooow!!! Aku tidak percaya dengan apa yang kulihat Sepasang buah dada yang putih dan sangat montok Putingnya yang merah sudah mengeras Segera mulutku melumat-lumat dan menghisap-hisap kedua buah dadanya, terutama pada kedua ujung putingnya berganti-ganti, kiri dan kanan
Sementara aksiku sedang berlangsung, badan tanteku yang selalu berjilbab dan berjubah lebar ini menggeliat-geliat kenikmatan Dari mulutnya terdengar suara mendesis-desis tidak hentinya Aksiku kuteruskan ke bawah, turun ke perutnya yang ramping, datar dan mulus Maklum, Mbak Ummi belum pernah melahirkan Bermain-main sebentar disini kemudian turun makin ke bawah, menuju sasaran utama yang terletak pada lembah di antara kedua paha yang putih mulus itu
Pada bagian kemaluan Mbak Ummi, mulutku dengan cepat menempel ketat pada kedua Bibir kemaluannya dan lidahku bermain-main ke dalam lubang memeknya Mencari-cari dan akhirnya menyapu serta menjilat gundukan daging kecil pada bagian atas lubang kemaluannya
Segera terasa badan wanita montok berjilbab itu bergetar dengan hebat dan kedua tangannya mencengkeram kepadaku, menekan ke bawah disertai kedua pahanya yang menegang dengan kuat Keluhan panjang keluar dari mulutnya, “Oohh , Riic , oohh eunaakk Riic !”
Sambil masih terus dengan kegiatanku itu, perlahan-lahan kutempatkan posisi badan sehingga bagian pinggulku berada sejajar dengan kepala Mbak Ummi dan dengan setengah berjongkok Posisi batang kemaluanku persis berada di depan kepala Mbak Ummi
Rupanya Mbak Ummi maklum akan keinginanku itu, karena terasa batang kemaluanku dipegang oleh tangan Mbak Ummi dan ditarik ke bawah Kini terasa kepala kontol menerobos masuk di antara daging empuk yang hangat
Ketika ujung lidah Mbak Ummi mulai bermain-main di seputar kepala kontolku, suatu perasaan nikmat tiba-tiba menjalar dari bawah terus naik ke seluru badanku, sehingga dengan tidak terasa keluar erangan kenikmatan dari mulutku
Membayangkan seorang wanita berjilbab mengulum, menyepong kontol besarku dengan penuh nafsu, aku semakin bernafsu Dengan posisi 69 ini kami terus bercumbu, saling hisap-mengisap, jilat-menjilat seakan-akan berlomba-lomba ingin memberikan kepuasan pada satu sama lain
Beberapa saat kemudian aku menghentikan kegiatanku dan berbaring telentang di samping Mbak Ummi Kemudian sambil telentang aku menarik Mbak Ummi ke atasku, sehingga sekarang wanita berjilbab itu tidur tertelungkup pasrah di atasku
Badan Mbak Ummi dengan pelan kudorong agak ke bawah dan kembali kusibakkan keatas jubahnya kedua paha Mbak Ummi kupentangkan Kedua lututku dan pantatku agak kunaikkan ke atas, sehingga dengan terasa kontolku yang panjang dan masih sangat tegang itu langsung terjepit di antara kedua Bibir kemaluan Mbak Ummi
Dengan suatu tekanan oleh tanganku pada pantat Mbak Ummi yang tak kalah montok dengan buah dadanya, dan sentakan ke atas pantatku, maka kontolku langsung menerobos masuk ke dalam lubang kemaluan Mbak Ummi Amblas semua batangku “Aaaauuugghh !” terdengar keluhan panjang kenikmatan yang terdengar jalang keluar dari mulut wanita alim yang montok itu Aku segera menggoyang pinggulku dengan cepat karena kelihatan bahwa Mbak Ummi sudah mau klimaks
Mbak Ummi tambah semangat juga ikut mengimbangi dengan menggoyang pantatnya dan menggeliat-geliat di atasku Kulihat wajahnya yang cantik dibalut jilbab yang memberikan sensasi sendiri untukku matanya setengah terpejam, sedang kedua buah dadanya yang montok sekali itu bergoyang-goyang liar di atasku
Ketika kulihat pada cermin besar di lemari, kelihatan pinggul Mbak Ummi yang sedang berayun-ayun di atasku Batang kontolku yang besar sebentar terlihat sebentar hilang ketika tanteku yang berjilbab itu bergerak naik turun di atasku Hal ini membuatku jadi makin terangsang Tiba-tiba sesuatu mendesak dari dalam kontolku mencari jalan keluar, hal ini menimbulkan suatu perasaan nikmat pada seluruh badanku
Kemudian air maniku tanpa dapat ditahan menyemprot dengan keras ke dalam lubang memek Mbak Ummi, yang pada saat bersamaan pula terasa berdenyut-denyut dengan kencangnya disertai badannya yang berada di atasku bergetar dengan hebat dan terlonjak-lonjak Kedua tangannya mendekap badanku dengan keras
Pada saat bersamaan kami berdua mengalami orgasme dengan dasyat Akhirnya Mbak Ummi tertelungkup di atas badanku dengan lemas sambil dari mulut Mbak Ummi terlihat senyuman puas “Riic , terima kasih Ric Kau telah memberikan Mbak Ummi kepuasan sejati !”
Setelah beristirahat, kemudian kami bersama-sama ke kamar mandi dan saling membersihkan diri satu sama lain Sementara mandi, kami berpelukan dan berciuman disertai kedua tangan kami yang saling mengelus-elus dan memijit-mijit satu sama lain, sehingga dengan cepat nafsu kami terbangkit lagi
Dengan setengah membopong badan Mbak Ummi yang mungil itu dan kedua tangan Mbak Ummi menggelantung pada leherku, kedua kaki Mbak Ummi kuangkat ke atas melingkar pada pinggangku dan dengan menempatkan satu tangan pada pantat Mbak Ummi dan menekan, kontolku yang sudah tegang lagi menerobos ke dalam lubang kemaluan Mbak Ummi
“Aaughh oohh oohh !” terdengar rintihan liar wanita yang biasanya alim itu, sementara aku menggerakan-gerakan pantatku maju-mundur sambil menekan ke atas Dalam posisi ini, dimana berat badan Mbak Ummi sepenuhnya tertumpu pada kemaluannya yang sedang terganjel oleh kontolku, maka dengan cepat Mbak Ummi mencapai klimaks
“Aaduhh Riic Mbaak…Ummiiii maa maa uu keluuar Riic !” dengan keluhan panjang disertai badannya yang mengejang, Mbak Ummi mencapai orgasme, dan selang sejenak terkulai lemas dalam gendonganku
Dengan kontolku masih berada di dalam lubang kemaluan Mbak Ummi, aku terus membopongnya Aku membawa Mbak Ummi ke tempat tidur Dalam keadaan tubuh yang masih basah kugenjot Mbak Ummi yang telah lemas dengan sangat bernafsu, sampai aku orgasme sambil menekan kuat-kuat pantatku
Kupeluk badan Mbak Ummi erat-erat sambil merasakan airmaniku menyemprot-nyemprot, tumpah dengan deras ke dalam lubang kemaluan Mbak Ummi, mengisi segenap relung-relung di dalamnya. Semalaman itu kami masih melakukan persetubuhan beberapa kali, dan baru berhenti kecapaian menjelang fajar
Sejak saat itu, selanjutnya seminggu minimum 4 kali kami secara sembunyi-sembunyi bersetubuh, dan tanteku yang berjilbab itu selalu ketagihan kontol besarku. 
Read more

Tante Tante yang Sangat Menyukai dan Menikmati Seks Denganku


Sejak setelah menikah, ibu tinggal di rumah kecil kami beberapa bulan sambil menunggu bangunan rumah baru mereka selesai Lagi-lagi, rumah baru mereka tidak jauh dari bengkel ayah ayah menolak tinggal di rumah tante Tina karena alasan pribadi ayah Setelah banyak proses yang dilakukan antara ayah dan ibu, akhirnya bengkel tempat ayah bekerja, kini menjadi milik ayah dan ibu sepenuhnya
ayah pernah memohon pada ibu agar dia ingin tetap dapat bekerja di bengkel, dan terang saja bengkel itu langsung ibu putuskan untuk dibeli saja Maklum ibu adalah ‘business-minded person’ aku semakin sayang dengan ibu, karena pada akhirnya cita-cita ayah untuk memiliki bengkel sendiri terkabulkan Kini bengkel ayah makin besar setelah ibu ikut berperan besar di sana Banyak renovasi yang mereka lakukan yang membuat bengkel ayah tampak lebih menarik
Pelanggan ayah makin bertambah, dan kali ini banyak dari kalangan orang-orang kaya ayah tidak memecat pegawai-pegawai lama di sana, malah menaikkan gaji mereka dan memperlakukan mereka seperti saat dia diperlakukan oleh pemilik bengkel yang lama
Kehidupan dan gaya hidupku & ayah benar-benar berubah 180 derajat Kini ayah sering melancong ke luar negeri bersama ibu, dan aku sering ditinggal di rumah sendiri dengan pembantu alasan aku ditinggal mereka karena aku masih harus sekolah
Ibu sering mengundang teman-teman lamanya bermain di rumah Salah satu temannya bernama tante ani Tante ani saat itu hanya 15 tahun lebih tua dariku Semestinya dia pantas aku panggil kakak daripada tante, karena wajahnya yang masih terlihat seperti orang berumur 20 tahunan
Tante ani adalah pelanggan tetap salon kecantikan ibu, dan kemudian menjadi teman baik ibu Wajah tante ani tergolong cantik dengan kulitnya yang putih bersih Dadanya tidak begitu besar, tapi pinggulnya indah bukan main
Maklum anak orang kaya yang suka tandang ke salon kecantikan Tante ani sering main ke rumah dan kadang kala ngobrol atau gossip dengan ibu berjam-jam Tidak jarang tante ani keluar bersama kami sekeluarga untuk nonton bioskop, window shopping atau ngafe di mall
aku pernah sempat bertanya tentang kehidupan pribadi tante ani Ibu bercerita bahwa tante ani itu bukanlah janda cerai atau janda apalah Tapi tante ani sempat ingin menikah, tapi ternyata pihak dari laki-laki memutuskan untuk mengakhiri pernikahan itu alasannya tidak dijelaskan oleh ibu, karena mungkin aku masih terlalu muda untuk mengerti hal-hal seperti ini
Pada suatu hari ayah dan ibu lagi-lagi cabut dari rumah Tapi kali ini mereka tidak ke luar negeri, tapi hanya melancong ke kota Bandung saja selama akhir pekan Lagi-lagi hanya aku dan pembantu saja yang tinggal di rumah Saat itu aku ingin sekali kabur dari rumah, dan menginap di rumah teman
Tiba-tiba bel rumah berbunyi dan waktu itu masih jam 5:30 sore di hari Sabtu ayah dan ibu baru 1/2 jam yang lalu berangkat ke Bandung aku pikir mereka kembali ke rumah mengambil barang yang ketinggalan Sewaktu pintu rumah dibuka oleh pembantu, suara tante ani menyapanya aku hanya duduk bermalas-malasan di sofa ruang tamu sambil nonton acara TV Tiba-tiba aku disapanya
“Bernas kok ngga ikut papa mama ke Bandung?” tanya tante ani
“Kalo ke Bandung sih Bernas malas, tante. Kalo ke Singapore Bernas mau ikut ” jawabku santai
“Yah kapan-kapan aja ikut tante ke Singapore Tante ada apartment di sana” tungkas tante ani
aku pun hanya menjawab apa adanya
“Ok deh Ntar kita pigi rame-rame aja Tante ada perlu apa dengan mama? Nyusul aja ke Bandung kalo penting ”
“Kagak ada sih Tante cuman pengen ajak mamamu makan aja Yah sekarang tante bakalan makan sendirian nih Bernas mau ngga temenin tante?”
“Emang tante mau makan di mana?”
“Tante sih mikir Pizza Hut ”
“Males ah ogut kalo Pizza Hut ”
“Trus Bernas maunya pengen makan apa?”
“Makan di Muara Karang aja tante Di sono kan banyak pilihan, ntar kita pilih aja yang kita mau ”
“Oke deh Mau cabut jam berapa?”
“Entaran aja tante Bernas masih belon laper Jam 7 aja berangkat Tante duduk aja dulu ”
Kami berdua nonton bersebelahan di sofa yang empuk Sore itu tante ani mengenakan baju yang lumayan sexy Dia memakai rok ketat sampai 10 cm di atas lutut, dan atasannya memakai baju berwarna orange muda tanpa lengan dengan bagian dada atas terbuka (kira-kira antara 12 sampai 15cm kebawah dari pangkal lehernya)
Kaki tante ani putih mulus, tanpa ada bulu kaki 1 helai pun Mungkin karena dia rajin bersalon ria di salon ibu, paling tidak seminggu 2 kali Bagian dada atasnya juga putih mulus Kami nonton TV dengan acara/channel seadanya saja sambil menunggu sampai jam 7 malam Kami juga kadang-kadang ngobrol santai, kebanyakan tante ani suka bertanya tentang kehidupan sekolahku sampai menanyakan tentang kehidupan cintaku di sekolah
aku mengatakan kepada tante ani bahwa aku saat itu masih belum mau terikat dengan masalah percintaan jaman SMa Kalo naksir sih ada, cuma aku tidak sampai mengganggap terlalu serius
Semakin lama kami berbincang-bincang, tubuh tante ani semakin mendekat ke arahku Bau parfum Chanel yg dia pakai mulai tercium jelas di hidungku Tapi aku tidak mempunyai pikiran apa-apa saat itu
Tiba-tiba tante ani berkata,
“Bernas, kamu suka dikitik-kitik ngga kupingnya?”
“Huh? Mana enak?” tanyaku
“Mau tante kitik kuping Bernas?” tante ani menawarkan
“Hmmm…boleh aja Mau pake cuttonbud?” tanyaku sekali lagi
“Ga usah, pake bulu kemuceng itu aja” tandas tante ani
“Idih jorok nih tante Itu kan kotor abis buat bersih-bersih ama mbak ” jawabku spontan
“alahh sok bersihan kamu Bernas Kan cuman ambil 1 helai bulunya aja Lagian kamu masih belum mandi kan? Jorok mana hayo!” tangkas tante ani “Percaya tante deh, kamu pasti demen Sini baring kepalanya di paha tante ” lanjutnya
Seperti sapi dicucuk hidungnya, aku menurut saja dengan tingkah polah tante ani Ternyata memang benar adanya, telinga ‘dikitik-kitik’ dengan bulu kemuceng benar-benar enak tiada tara Baru kali itu aku merasakan enaknya, serasa nyaman dan pengen tidur aja jadinya Dan memang benar, aku jadi tertidur sampai jam sudah menunjukkan pukul 7 lewat Suara lembut membisikkan telingaku
“Bernas, bangun yuk Tante dah laper nih ” kata tante
“Erghhhmmm … jam berapa sekarang tante ” tanyaku dengan mata yang masih setengah terbuka
“Udah jam 7 lewat Bernas ayo bangun, tante dah laper Kamu dari tadi asyik tidur tinggalin tante Kalo dah enak jadi lupa orang kamu yah ” kata tante sambil mengelus lembut rambutku
“Masih ngantuk nih tante … makan di rumah aja yah? Suruh mbak masak atau beli mie ayam di dekat sini ”
“ahhh ogah, tante pengen jalan-jalan juga kok Bosen dari tadi bengong di sini ”
“Oke oke, kasih Bernas lima menit lagi deh tante ” mintaku
“Kagak boleh Tante dah laper banget, mau pingsan dah ”
Sambil malas-malasan aku bangun dari sofa Kulihat tante ani sedang membenarkan posisi roknya kembali alamak gaya tidurku kok jelek sekali sih sampe-sampe rok tante ani tersingkap tinggi banget Berarti dari tadi aku tertidur di atas paha mulus tante ani, begitulah aku berpikir ada rasa senang juga di dalam hati
Setelah mencuci muka, ganti pakaian, kita berdua berpamitan kepada pembantu rumah kalau kita akan makan keluar aku berpesan kepada pembantu agar jangan menunggu aku pulang, karena aku yakin kita pasti bakal lama Jadi aku membawa kunci rumah, untuk berjaga-jaga apabila pembantu rumah sudah tertidur
“Nih kamu yang setir mobil tante dong ”
“Ogah ah, Bernas cuman mau setir Baby Benz tante Kalo yang ini males ah ” candaku
Waktu itu tante ani membawa sedan Honda, bukan Mercedes-nya
“Belagu banget kamu Kalo ngga mau setir ini, bawa itu Benz-nya mama ” balas tante ani
“No way … bisa digantung ogut ama papa mama ” jawabku
“Iya udah kalo gitu setir ini dong ” jawab tante ani sambil tertawa kemenangan
Mobil melaju menyusuri jalan-jalan kota Jakarta Tante ani seperti bebek saja, ngga pernah stop ngomong and gossipin teman-temannya aku jenuh banget yang mendengar Dari yang cerita pacar teman-temannya lah, sampe ke mantan tunangannya Sesampai di daerah Muara Karang, aku memutuskan untuk makan bakmi bebeknya yang tersohor di sana Untung tante ani tidak protes dengan pilihan saya, mungkin karena sudah terlalu lapar dia
Setelah makan, kita mampir ke tempat main bowling abis main bowling tante ani mengajakku mampir ke rumahnya Tante ani tinggal sendiri di apartemen di kawasan Taman anggrek Dia memutuskan untuk tinggal sendiri karena alasan pribadi juga ayah dan ibu tante ani sendiri tinggal di Bogor Saat itu aku tidak tau apa pekerjaan sehari-hari tante ani, yang tante ani tidak pernah merasa kekurangan materi
apartemen tante ani lumayan bagus dengan tata interior yang classic Di sana tidak ada siapa-siapa yang tinggal di sana selain tante ani Jadi aku bisa maklum apabila tante ani sering keluar rumah Pasti jenuh apabila tinggal sendiri di apartemen Cerita Sex 2015
“anggap rumah sendiri Bernas Jangan malu-malu Kalau mau minum ambil aja sendiri yah ”
“Kalo begitu, Bernas mau yang ini ” sambil menunjuk botol Hennessy V S O P yang masih disegel
“Kagak boleh, masih dibawah umur kamu ” cegah tante ani
“Tapi Bernas dah umur 17 tahun Mestinya ngga masalah” jawabku dengan bermaksud membela diri
“Kalo kamu memaksa yah udah Tapi jangan buka yang baru, tante punya yang sudah dibuka botolnya ”
Tiba-tiba suara tante ani menghilang dibalik master bedroomnya aku menganalisa ruangan sekitarnya Banyak lukisan-lukisan dari dalam dan luar negeri terpampang di dinding Lukisan dalam negerinya banyak yang bergambarkan wajah-wajah cantik gadis-gadis Bali Lukisan yang berbobot tinggi, dan aku yakin pasti bukan barang yang murahan
“Itu tante beli dari seniman lokal waktu tante ke Bali tahun lalu” kata tante ani memecahkan suasana hening sebelumnya
“Bagus tante High taste banget Pasti mahal yah?!” jawabku kagum
“Ngga juga sih Tapi tante tidak pernah menawar harga dengan seniman itu, karena seni itu mahal Kalo tante tidak cocok dengan harga yang dia tawarkan, tante pergi saja ”
aku masih menyibukkan diri mengamati lukisan-lukisan yang ada, dan tante ani tidak bosan menjelaskan arti dari lukisan-lukisan tersebut Tante ani ternyata memiliki kecintaan tinggi terhadap seni lukis
“Ok deh Kalo begitu Bernas mau pamit pulang dulu tante Dah hampir jam 11 malam Tante istirahat aja dulu yah ” kataku
“Ehmmm … tinggal dulu aja di sini Tante juga masih belum ngantuk Temenin tante bentar yah ” mintanya sedikit memohon
aku juga merasa kasihan dengan keadaan tante ani yang tinggal sendiri di apartemen itu Jadi aku memutuskan untuk tinggal 1 atau 2 jam lagi, sampai nanti tante ani sudah ingin tidur
“Kita main UNO yuk?!” ajak tante ani
“apa itu UNO?!” tanyaku penasaran
“Walah kamu ngga pernah main UNO yah?” tanya tante ani aku hanya menggeleng-gelengkan kepala
“Wah kamu kampung boy banget sih ” canda tante ani
aku hanya memasang tampak cemburut canda Tante ani masuk ke kamarnya lagi untuk membawa kartu UNO, dan kemudian masuk ke dapur untuk mempersiapkan hidangan bersama minuman Tante ani membawa kacang mede asin, segelas wine merah, dan 1 gelas Hennessy V S O P on rock (pake es batu) Setelah mengajari aku cara bermain UNO, kamipun mulai bermain-main santai sambil makan kacang mede
Hennesy yang aku teguk benar-benar keras, dan baru 2 atau 3 teguk badanku terasa panas sekali aku biasanya hanya dikasih 1 sisip saja oleh ayah, tapi ini skrg aku minum sendirian. Kepalaku terasa berat, dan mukaku panas Melihat kejadian ini, tante ani menjadi tertawa, dan mengatakan bahwa aku bukan bakat peminum Terang aja, ini baru pertama kalinya aku minum 1 gelas Hennessy sendirian
“Tante, anterin Bernas pulang yah Kepala ogut rada berat ”
“Kalo gitu stop minum dulu, biar ngga tambah pusing ” jawab tante ani
aku merasa tante ani berusaha mencegahku untuk pulang ke rumah Tapi lagi-lagi, aku seperti sapi dicucuk hidungnya, apa yang tante ani minta, aku selalu menyetujuinya Melihat tingkahku yang suka menurut, tante ani mulai terlihat lebih berani lagi Dia mengajakku main kartu biasa saja, karena bermain UNO kurang seru kalau hanya berdua Paling tepat untuk bermain UNO itu berempat
Tapi permainan kartu ini menjadi lebih seru lagi Tante mengajak bermain blackjack, siapa yang kalah harus menuruti permintaan pemenang Tapi kemudian tante ani ralat menjadi ‘Truth & Dare’ game Permainan kami menjadi seru dan terus terang aja tante ani sangat menikmati permainan ‘Truth & Dare’, dan dia sportif apabila dia kalah Pertama-tama bila aku menang dia selalu meminta hukuman dengan ‘Truth’ punishment, lama-lama aku menjadi semakin berani menanyakan yang bukan-bukan
Sebaliknya dengan tante ani, dia lebih suka memaksa aku untuk memilih ‘Dare’ agar dia bisa lebih leluasa mengerjaiku Dari yang disuruh pushup 1 tangan, menari balerina, menelan es batu seukuran bakso, dan lain-lain Mungkin juga tidak ada pointnya buat tante ani menanyakan the ‘Truth’ tentang diriku, karena kehidupanku terlihat lurus-lurus saja menurutnya
Ini adalah juga kesempatan untuk menggali the ‘Truth’ tentang kehidupan pribadinya aku pun juga heran kenapa aku menjadi tertarik untuk mencari tahu kehidupannya yang sangat pribadi Mula-mula aku bertanya tentang mantan tunangannya, kenapa sampai batal pernikahannya
Sampai pertanyaan yang menjurus ke seks seperti misalnya kapan pertama kali dia kehilangan keperawanan Semuanya tanpa ragu-ragu tante ani jawab semua pertanyaan-pertanyaan pribadi yang aku lontarkan
Kini permainan kami semakin wild dan berani Tante ani mengusulkan untuk mengkombinasikan ‘Truth & Dare’ dengan ‘Strip Poker’ aku pun semakin bergairah dan menyetujui saja usul tante ani
“Yee, tante menang lagi ayo lepas satu yang menempel di badan kamu ” kata tante ani dengan senyum kemenangan
“Jangan gembira dulu tante, nanti giliran tante yang kalah Jangan nangis loh yah kalo kalah ” jawabku sambil melepas kaus kakiku Cerita Sex 2015
Selang beberapa lama … “Nahhh, kalah lagi … kalah lagi … lepas lagi … lepas lagi ” Tante ani kelihatan gembira sekali
Kemudian aku melepas kalung emas pemberian ibu yang aku kenakan
“Ha ha ha … two pairs, punya tante one pair Yes yes … tante kalah sekarang ayo lepas lepas …” candaku sambil tertawa gembira
“Jangan gembira dulu Tante lepas anting tante ” jawab tante sambil melepas anting-anting yang dikenakannya
aku makin bernapsu untuk bermain Mungkin bernapsu untuk melihat tante ani bugil juga aku pengen sekali menang terus
“Full house … yeahhh … kalah lagi tante ayo lepas … ayo lepas …” aku kini menari-nari gembira
Terlihat tante ani melepas jepit rambut merahnya, dan aku segera saja protes
“Loh, curang kok lepas yang itu?”
“Loh, kan peraturannya lepas semuanya yang menempel di tubuh Jepit tante kan nempel di rambut dan rambut tante melekat di kepala Jadi masih dianggap menempel dong ” jawabnya membela
aku rada gondok mendengar pembelaan tante ani Tapi itu menjadikan darahku bergejolak lebih deras lagi
“Straight … Bernas … One Pair … Yes tante menang ayo lepas! Jangan malu-malu!” seru tante ani girang
aku pun segera melepas jaket aku yang kenakan Untung aku selalu memakai jaket tipis biar keluar malam Lihatlah pembalasanku, kataku dalam hati
“Bernas Three kind … tante … one pair … ahhh … lagi-lagi tante kalah” sindirku sambil tersenyum
Dan tanpa diberi aba-aba dan tanpa malu-malu, tante melepas baju atasannya aku serentak menelan ludah, karena baju atasan tante telah terlepas dan kini yang terlihat hanya BH putih tante Belahan payudaranya terlihat jelas, putih bersih Bernas junior dengan serentak langsung menegang, dan kedua mataku terpaku di daerah belahan dadanya
“Hey, lihat kartu dong Jangan liat di sini ” canda tante sambil menunjuk belahan dadanya
aku kaget sambil tersenyum malu
“Yes Full House, kali ini tante menang ayo buka … buka” Tampak tante ani girang banget bisa dia menang
Kali ini aku lepas atasanku, dan kini aku terlanjang dada
“Ck ck ck … pemain basket nih Badan kekar dan hebat Coba buktikan kalo hokinya juga hebat ” sindir tante ani sambil tersenyum
Setelah menegak habis wine yang ada di gelasnya, tante ani kemudian beranjak dari tempat duduknya menuju ke dapur dengan keadaan dada setengah terlanjang Tak lama kemudian tante ani membawa sebotol wine merah yang masih 3/4 penuh dan sebotol V S O P yang masih 1/2 penuh
“Mari kita bergembira malam ini Minum sepuas-puasnya ” ucap tante ani
Kami saling ber-tos ria dan kemudian melanjutkan kembali permainan strip poker kami
“Yesss … ” seruku dengan girangnya pertanda aku menang lagi
Tanpa disuruh, tante ani melepas rok mininya dan aduhaiii, kali ini tante ani hanya terliat mengenakan BH dan celana dalam saja Malam itu dia mengenakan celana dalam yang kecil imut berwarna pink cerah Tidak tampak ada bulu-bulu pubis disekitar selangkangannya aku sempat berpikir apakah tante ani mencukur semua bulu-bulu pubisnya
Muka tante ani sedikit memerah Kulihat tante ani sudah menegak abis gelas winenya yang kedua apakah dia berniat untuk mabuk malam ini? aku kurang sedikit perduli dengan hal itu aku hanya bernafsu untuk memenangkan permainan strip poker ini, agar aku bisa melihat tubuh terlanjang tante ani
“Yes, yes, yes …” senyum kemenangan terlukis indah di wajahku
Tante ani kemudian memandangkan wajahku selang beberapa saat, dan berkata dengan nada genitnya
“Sekarang Bernas tahan napas yah Jangan sampai seperti kesetrum listrik loh”
Kali ini tante ani melepaskan BH-nya dan serentak jatungku ingin copot Benar apa kata tante ani, aku seperti terkena setrum listrik bertegangan tinggi Dadaku sesak, sulit bernapas, dan jantungku berdegup kencang Inilah pertama kali aku melihat payudara wanita dewasa secara jelas di depan mata
Payudara tante ani sungguh indah dengan putingnya yang berwarna coklat muda menantang
“aih Bernas, ngapain liat susu tante terus Tante masih belum kalah total Mau lanjut ngga?” tanya tante ani
aku hanya bisa menganggukkan kepala pertanda ‘iya’
“Pertama kali liat susu cewek yah? Ketahuan nih Dasar genit kamu ” tambah tante ani lagi
aku sekali lagi hanya bisa mengangguk malu aku menjadi tidak berkonsentrasi bermain, mataku sering kali melirik kedua payudaranya dan selangkangannya aku penasaran sekali ada apa dibalik celana dalam pinknya itu Tempat di mana menurut teman-teman sekolah adalah surga dunia para lelaki aku ingin sekali melihat bentuknya dan kalo bisa memegang atau meraba-raba
akibat tidak berkonsentrasi main, kali ini aku yang kalah, dan tante ani meminta aku melepas celana yang aku kenakan Kini aku terlanjang dada dengan hanya mengenakan celana dalam saja Tante ani hanya tersenyum-senyum saja sambil menegak wine-nya lagi aku sengaja menolak tawaran tante ani untuk menegak V S O P-nya, dengan alasan takut pusing lagi
Karena kami berdua hanya tinggal 1 helai saja di tubuh kami, permainan kali ini ada finalnya Babak penentuan apakah tante ani akan melihat aku terlanjang bulat atau sebaliknya aku berharap malam itu malaikat keberuntungan berpihak kepadaku
Ternyata harapanku sirna, karena ternyata malaikat keberuntungan berpihak kepada tante ani aku kecewa sekali, dan wajah kekecewaanku terbaca jelas oleh tante ani Sewaktu aku akan melepas celana dalamku dengan malu-malu, tiba-tiba tante ani mencegahnya
“Tunggu Bernas Tante ngga mau celana dalam mu dulu Tante mau Dare Bernas dulu Ngga seru kalo game-nya cepat habis kayak begini” kata tante ani
Setelah meneguk wine-nya lagi, tante ani terdiam sejenak kemudian tersenyum genit Senyum genitnya ini lebih menantang daripada yang sebelum-sebelumnya
“Tante dare Bernas untuk … hmmm … cium bibir tante sekarang ” tantang tante ani
“ahh, yang bener tante?” tanyaku
“Iya bener, kenapa ngga mau? Jijik ama tante?” tanya tante ani
“Bukan karena itu Tapi… Bernas belum pernah soalnya ” jawabku malu-malu
“Iya udah, kalo gitu cium tante dong Sekalian pelajaran pertama buat Bernas ” kata tante ani
Tanpa berpikir ulang, aku mulai mendekatkan wajahku ke wajah tante ani Tante ani kemudian memejamkan matanya Pertamanya aku hanya menempelkan bibirku ke bibir tante ani Tante ani diam sebentar, tak lama kemudian bibirnya mulai melumat-lumat bibirku perlahan-lahan aku mulai merasakan bibirku mulai basah oleh air liur tante ani Bau wine merah sempat tercium di hidungku
aku pun tidak mau kalah, aku berusaha menandinginya dengan membalas lumatan bibir tante ani Maklum ini baru pertama, jadi aku terkesan seperti anak kecil yang sedang melumat-lumat ice cream Selang beberapa saat, aku kaget dengan tingkah baru tante ani
Tante ani dengan serentak menjulurkan lidahnya masuk ke dalam mulutku anehnya aku tidak merasa jijik sama sekali, malah senang dibuatnya aku temukan lidahku dengan lidah tante ani, dan kini lidah kami kemudian saling berperang di dalam mulutku dan terkadang pula di dalam mulut tante ani
Kami saling berciuman bibir dan lidah kurang lebih 5 menit lamanya Nafasku sudah tak karuan, dan kupingku panas dibuatnya Tante ani seakan-akan menikmati betul ciuman ini Nafas tante ani pun masih teratur, tidak ada tanda sedikitpun kalau dia tersangsang
“Sudah cukup dulu ayo kita sambung lagi pokernya” ajak tante ani
aku pun mulai mengocok kartunya, dan pikiranku masih terbayang saat kita berciuman aku ingin sekali lagi mencium bibir lembutnya Kali ini aku menang, dan terang saja aku meminta jatah sekali lagi berciuman dengannya Tante ani menurut saja dengan permintaanku ini, dan kami pun saling berciuman lagi Tapi kali ini hanya sekitar 2 atau 3 menit saja
“Udah ah, jangan ciuman terus dong Ntar Bernas bosan ama tante ” candanya
“Masih belon bosan tante Ternyata asyik juga yah ciuman ” jawabku
“Kalo ciuman terus kurang asyik, kalo mau sih …” seru tante ani kemudian terputus
Kalimat tante ani ini masih menggantung bagiku, seakan-akan dia ingin mengatakan sesuatu yang menurutku sangat penting aku terbayang-bayang untuk bermain ‘gila’ dengan tante ani malam itu
aku semakin berani dan menjadi sedikit tidak tau diri aku punya perasaan kalo tante ani sengaja untuk mengalah dalam bermain poker malam itu Terang aja aku menang lagi kali ini aku sudah terburu oleh napsuku sendiri, dan aku sangat memanfaatkan situasi yang sedang berlangsung
“Bernas menang lagi tuh Jangan minta ciuman lagi yah Yang lain dong …” sambut tante ani sambil menggoda
“Hmm … apa yah ” pikirku sejenak
“Gini aja, Bernas pengen emut-emut susu tante ani ” jawabku tidak tau malu
Ternyata wajah tante ani tidak tampak kaget atau marah, malah balik tersenyum kepadaku sambil berkata
“Sudah tante tebak apa yang ada di dalam pikiran kamu, Bernas ”
“Boleh kan tante?!” tanyaku penasaran
Tante ani hanya mengangguk pertanda setuju Kemudian aku dekatkan wajahku ke payudara sebelah kanan tante ani Bau parfum harum yang menempel di tubuhnya tercium jelas di hidungku Tanpa ragu-ragu aku mulai mengulum puting susu tante ani dengan lembut
Kedua telapak tanganku berpijak mantap di atas karpet ruang tamu tante ani, memberikan fondasi kuat agar wajahku tetap bebas menelusuri payudara tante ani aku kulum bergantian puting kanan dan puting kiri-nya Kuluman yang tante ani dapatkan dariku memberikan sensasi terhadap tubuh tante ani
Dia tampak menikmati setiap hisapan-hisapan dan jilatan-jilatan di puting susu-nya. Nafas tante ani perlahan-lahan semakin memburu, dan terdengar desahan dari mulutnya Kini aku bisa memastikan bahwa tante ani saat ini sedang terangsang atau istilah modernnya ‘horny’
“Bernasss … kamu nakal banget sih! … haahhh … Tante kamu apain?” bisik tante ani dengan nada terputus-putus
aku tidak mengubris kata-kata tante ani, tapi malah semakin bersemangat memainkan kedua puting susunya Tante ani tidak memberikan perlawanan sedikitpun, malah seolah-olah seperti memberikan lampu hijau kepadaku untuk melakukan hal-hal yang tidak senonoh terhadap dirinya
aku mencoba mendorong tubuh tante ani perlahan-lahan agar dia terbaring di atas karpet Ternyata tante ani tidak menahan/menolak, bahkan tante ani hanya pasrah saja Setelah tubuhnya terbaring di atas karpet, aku menghentikan serangan gerilyaku terhadap payudara tante ani aku perlahan-lahan menciumi leher tante ani, dan oh my, wangi betul leher tante ani
Tante ani memejamkan kedua matanya, dan tidak berhenti-hentinya mendesah aku jilat lembut kedua telinganya, memberikan sensasi dan getaran yang berbeda terhadap tubuhnya aku tidak mengerti mengapa malam itu aku seakan-akan tau apa yang harus aku lakukan, padahal ini baru pertama kali seumur hidupku menghadapi suasana seperti ini
Kemudian aku melandaskan kembali bibirku di atas bibir tante ani, dan kami kembali berciuman mesra sambil berperang lidah di dalam mulutku dan terkadang di dalam mulut tante ani Tanganku tidak tinggal diam Telapak tangan kiriku menjadi bantal untuk kepala belakang tante ani, sedangkan tangan kananku meremas-remas payudara kiri tante ani
Tubuh tante ani seperti cacing kepanasan Nafasnya terengah-engah, dan dia tidak berkonsentrasi lagi berciuman denganku Tanpa diberi komando, tante ani tiba-tiba melepas celana dalamnya sendiri Mungkin saking ‘horny’-nya, otak tante ani memberikan instinct bawah sadar kepadanya untuk segera melepas celana dalamnya. aku ingin sekali melihat kemaluan tante ani saat itu, namun tante ani tiba-tiba menarik tangan kananku untuk mendarat di kemaluannya
“alamak …”, pikirku kaget
Ternyata kemaluan/memek tante ani mulus sekali Ternyata semua bulu jembut tante ani dicukur abis olehnya Dia menuntun jari tengahku untuk memainkan daging mungil yang menonjol di memeknya
Para pembaca pasti tau nama daging mungil ini yang aku maksudkan itu Secara umum daging mungil itu dinamakan biji etil atau biji etel atau itil saja aku putar-putar itil tante ani berotasi searah jarum jam atau berlawanan arah jarum jam Kini memek tante ani mulai basah dan licin
“Bernasss … kamu yah … aaahhhh … kok berani ama tante?” tanya tante ani terengah-engah
“Kan tante yang suruh tangan Bernas ke sini?” jawabku
“Masa sihhh … tante lupa … aahhh Bernasss … Bernasss … kamu kok nakal?” tanya tante ani lagi
“Nakal tapi tante bakal suka kan?” candaku gemas dengan tingkah tante ani
“Iyaaa … nakalin tante pleasee …” suara tante ani mulai serak-serak basah
aku tetap memainkan itil tante ani, dan ini membuatnya semakin menggeliat hebat Tak lama kemudian tante ani menjerit kencang seakaan-akan terjadi gempa bumi saja Tubuhnya mengejang dan kuku-kuku jarinya sempat mencakar bahuku Untung saja tante ani bukan tipe wanita yang suka merawat kuku panjang, jadi cakaran tante ani tidak sakit buatku
“Bernasss … tante datangggg uhhh oohhh …” erang tante ani
aku yang masih hijau waktu itu kurang mengerti apa arti kata ‘datang’ waktu itu Yang pasti setelah mengatakan kalimat itu, tubuh tante ani lemas dan nafasnya terengah-engah Dengan tanpa di beri aba-aba, aku lepas celana dalamku yang masih saja menempel
aku sudah lupa sejak kapan batang penisku tegak aku siap menikmati tubuh tante ani, tapi sedikit ragu, karena takut akan ditolak oleh tante ani Keragu-raguanku ini terbaca oleh tante ani Dengan lembutnya tante ani berkata,
“Bernas, kalo pengen tidurin tante, mendingan cepetan deh, sebelon gairah tante habis Tuh liat kontol Bernas dah tegak kayak besi Sini tante pegang apa dah panas ”
aku berusaha mengambil posisi diatas tubuh tante Gaya bercinta traditional Perlahan-lahan kuarahkan batang penisku ke mulut vagina tante ani, dan kucoba dorong penisku perlahan-lahan Ternyata tidak sulit menembus pintu kenikmatan milik tante ani Selain mungkin karena basahnya dinding-dinding memek tante ani yang memuluskan jalan masuk penisku, juga karena mungkin sudah beberapa batang penis yang telah masuk di dalam sana
“Uhhh … ohhh … Bernasss … ahhh …” desah tante ani
aku coba mengocok-kocok memek tante ani dengan penisku dengan memaju-mundurkan pinggulku Tante ani terlihat semakin ‘horny’, dan mendesah tak karuan
“Bernasss … Bernasss … aduhhh Bernasss … geliiii tante … uhhh … ohhhh …” desah tante ani
Di saat aku sedang asyik memacu tubuh tante ani, tiba-tiba aku disadarkan oleh permintaan tante ani, sehingga aku berhenti sejenak
“Bernasss … kamu dah mau keluar belum … ” tanya tante ani
“Belon sih tante … mungkin beberapa saat lagi … ” jawabku serius
“Nanti dikeluarin di luar yah, jangan di dalam Tante mungkin lagi subur sekarang, dan tante lupa suruh kamu pake pengaman Lagian tante ngga punya stock pengaman sekarang Jadi jangan dikeluarin di dalam yah ” pinta tante ani
“Beres tante ” jawabku
“Ok deh … sekarang jangan diam … goyangin lagi dong …” canda tante ani genit
Tanpa menunda banyak waktu lagi, aku lanjutkan kembali permainan kami aku bisa merasakan memek tante ani semakin basah saja, dan aku pun bisa melihat bercak-bercak lendir putih di sekitar bulu jembutku
aku mulai berkeringat di punggung belakangku Muka dan telingaku panas Tante ani pun juga sama Suara erangan dan desahan-nya makin terdengar panas saja di telingaku aku tidak menyadari bahwa aku sudah berpacu dengan tante ani 20 menit lama-nya Tanda-tanda akan adanya sesuatu yang bakalan keluar dari penisku semakin mendekat saja
“Bernasss … ampunnn Bernasss … kontolnya kok kayak besi aja … ngga ada lemasnya dari tadi … tante geliii banget nihhh …” kata tante ani
“Tante … Bernasss dah sampai ujung nih …” kataku sambil mempercepat goyangan pinggulku
Puting tante ani semakin terlihat mencuat menantang, dan kedua payudara pun terlihat mengeras aku mendekatkan wajahku ke wajah tante ani, dan bibir kami saling berciuman aku julur-julurkan lidahku ke dalam mulutnya, dan lidah kami saling berperang di dalam Posisi bercinta kami tidak berubah sejak tadi Posisiku tetap di atas tubuh tante ani. aku percepat kocokan penisku di dalam memek tante ani Tante ani sudah menjerit-jerit dan meracau tak karuan saja
“Bernasss … tante datangggg … uhhh … ahhhhhh …” jerit tante ani sambil memeluk erat tubuhku
Ini pertanda tante ani telah ‘orgasme’
aku pun juga sama, lahar panas dari dalam penisku sudah siap akan menyembur keluar aku masih ingat pesan tante ani agar spermaku dilepas keluar dari memek tante ani
“Tante … Bernassss datangggg …” jeritku panik
Kutarik penisku dari dalam memek tante ani, dan penisku memuncratkan spermanya di perut tante ani Saking kencangnya, semburan spermaku sampai di dada dan leher tante ani
“ahhh … ahhhh … ahhhh …” suara jeritan kepuasanku
“Idihhh … kamu kecil-kecil tapi spermanya banyak bangettt sih …” canda tante ani
aku hanya tersenyum saja aku tidak sempat mengomentari candaan tante ani
Setelah semua sperma telah tumpah keluar, aku merebahkan tubuhku di samping tubuh tante ani Kepalaku masih terngiang-ngiang dan nafasku masih belum stabil Mataku melihat ke langit-langit apartment tante ani aku baru saja menikmati yang namanya surga dunia Tante ani kemudian memelukku manja dengan posisi kepalanya di atas dadaku Bau harum rambutku tercium oleh hidungku
“Bernas puas ngga?” tanya tante ani
“Bukan puas lagi tante… tapi Bernas seperti baru saja masuk ke surga” jawabku
“Emang memek tante surga yah?” canda tante ani
“Boleh dikata demikian ” jawabku percaya diri
“Kalo tante puas ngga?” tanyaku penasaran
“Hmmm … coba kamu pikir sendiri aja … yang pasti memek tante sekarang ini masih berdenyut-denyut rasanya Diapain emang ama Bernas?” tanya tante ani manja
“anuu … Bernas kasih si Bernas Junior … tuh tante liat jembut Bernas banyak bercak-bercak lendir Itu punya dari memek tante tuh Banjir keluar tadi ” kataku
“Idihhh… mana mungkin…” bela tante ani sambil mencubit penisku yang sudah mulai loyo
“Bernas sering-sering datang ke rumah tante aja Nanti kita main poker lagi Mau kan?” pinta tante ani
“Sippp tante ” jawabku serentak girang
Malam itu aku nginap di rumah tante ani Keesokan harinya aku langsung pulang ke rumah aku sempat minta jatah 1 kali lagi dengan tante ani, namum ajakanku ditolak halus olehnya karena alasan dia ada janji dengan teman-temannya
Sejak saat itu aku menjadi teman seks gelap tante ani tanpa sepengetahuan orang lain terutama ayah dan ibu Tante ani senang bercinta yang bervariasi dan dengan lokasi yang bervariasi pula selain apartementnya sendiri Kadang bermain di mobilnya, di motel kilat yang hitungan charge-nya per jam, di ruang VIP spa kecantikan ibuku (ini aku berusaha keras untuk menyelinap agar tidak diketahui oleh para pegawai di sana)
Tante ani sangat menyukai dan menikmati seks Menurut tante ani seks dapat membuatnya merasa enak secara jasmani dan rohani, belum lagi seks yang teratur sangatlah baik untuk kesehatan Dia pernah menceritakan kepadaku tentang rahasia awet muda bintang film Hollywood tersohor bernama Elizabeth Taylor, yah jawabannya hanya singkat saja yaitu seks dan diet yang teratur
Tante ani paling suka ‘bermain’ tanpa kondom Tapi dia pun juga tidak ingin memakai sistem pil sebagai alat kontrasepsi karena dia sempat alergi saat pertama mencoba minum pil kontrasepsi Jadi di saat subur, aku diharuskan memakai kondom
Di saat setelah selesai masa menstruasinya, ini adalah saat di mana kondom boleh dilupakan untuk sementara dulu dan aku bisa sepuasnya berejakulasi di dalam memeknya apabila di saat subur dan aku/tante ani lupa menyetok kondom, kita masih saja nekat bermain tanpa kondom dengan berejakulasi di luar (meskipun ini rawan kehamilannya tinggi juga)
Hubungan gelap ini sempat berjalan hampir 4 tahun lamanya aku sempat memiliki perasaan cinta terhadap tante ani Maklum aku masih tergolong remaja/pemuda yang gampang terbawa emosi Namun tante ani menolaknya dengan halus karena apabila hubunganku dan tante ani bertambah serius, banyak pihak luar yang akan mencaci-maki atau mengutuk kami
Tante ani sempat menjauhkan diri setelah aku mengatakan cinta padanya sampai aku benar-benar ‘move on’ dari-nya aku lumayan patah hati waktu itu (hampir 1 5 tahun), tapi aku masih memiliki akal sehat yang mengontrol perasaan sakit hatiku Saat itu pula aku cuti ‘bermain’ dengan tante ani
Saat ini aku masih berhubungan baik dengan tante ani Kami kadang-kadang menyempatkan diri untuk ‘bermain’ 2 minggu sekali atau kadang-kadang 1 bulan sekali Tergantung dari mood kami masing-masing Tante ani sampai sekarang masih single aku untuk sementara ini juga masih single aku putus dengan pacarku sekitar 6 bulan yang lalu Sejak putus dengan pacarku, tante ani sempat menjadi pelarianku, terutama pelarian seks
Sebenarnya ini tidak benar dan kasihan tante ani, namun tante ani seperti mengerti tingkah laku lelaki yang sedang patah hati pasti akan mencari seorang pelarian Jadi tante ani tidak pernah merasa bahwa dia adalah pelarianku, tapi sebagai seorang teman yang ingin membantu meringkankan beban perasaan temannya. 
Read more