Setelah sukses ngebujuk Vinca, akhirnya dia mau gua anter. Toket Vinca semakin terlihat menantang beitu dia mengenakan sabuk pengaman yang tepat membelah toketnya. “Toket kamu keliatan makin seksi aja Vin.” Goda gua. Vinca tampak cuekin perkataan cabul gua. “Kok om dicuekin si.” Kata gua sambil meremas toketnya. “AW! Apaan si om!” pekik Vinca kecil karena kaget dengan remasan gua. “Om ga tahan ngelihat toket kamu.” Kata gua sambil terus ngeremas gundukan kenyal Vinca. Alih alih menepis tangan gua, Vinca tampak menikmati remasan halus gua. Begitu kena lampu merah, gua langsung menggunakan kedua tangan gua untuk meremas remas toketnya. “Om stop! Ada motor disebelah.” Tepis Vinca. “Mereka ga kenal kita kok sayang.” Kata gua sambil meremas kembali toket Vinca. Gua menengok ke arah motor dan melihat muka mupeng si pengendaranya. Dengan sangat mupeng dia melirik kedalam kaca memperhatikan toket Vinca yang sedang gua remas remas. Lagi asik asiknya ngeremesin toket Vinca, lampu pun berubah menjadi hijau dan gua terpaksa menjalankan kembali mobil gua. “Om gila. Sampai dilihat orang begitu.” Kata Vinca malu malu. “Tapi kamu suka kan? Akui saja lah Vin.” Kata gua. Vinca hanya tertunduk malu tidak mau mengakui sisi binalnya. Tangan gua mulai meraba raba paha Vinca dan tidak ada tepisan dari Vinca kali ini. Semakin lama elusan gua makin naik ke arah memeknya. Vinca yang tau mau gua mulai membuka kedua pahanya lebar lebar. “Tau aja mau om. Atau sebenernya kamu yang mau om cobel cobel? Hahaha.” Tawa gua melihat tingkah Vinca yang sangat berbeda dengan saat di rumah sakit. Dengan cepat gua melepas kancing dan juga resleting celana Vinca. tangan gua juga menyusup kedalam kolornya. “Udah becek lagi aja ni sayang.” Kata gue begitu merasakan memek Vinca yang basah. Lagi lagi Vinca tidak mengubris perkataan gua. Jari tengah dan telunjuk gua mulai masuk dan mencolok colok memek Vinca. “Ahhhh....ahhhh..” Vinca menutup matanya menikmati permainan jari gua di memeknya. “keenakan sampai merem melek ya Vin.” Goda gua. “AHHHH....”Vinca menjawab gua dengan desahan yang sangat erotis. Desahan Vinca semakin lepas. Dia sudah tidak berusaha untuk menahanya lagi. Jari gua menemukan bagian gspot Vinca. Setiap kali gua memainkan daerah di dekat klitorisnya, Vinca lansung mendesah kencang. Ga terasa sudah 20 menit gua menyetir mobil. Yang artinya sudah 20 menit gua mengrepe grepe badan Vinca. “Sudah sampai ni Vin.” Kata gua sambil membuka kunci mobil gua. Vinca melihat keluar dan baru menyadari kalau kita sudah sampai. “Keenakan sampai ga sadar ya Vin. Hahaha” Goda gua. Alih alih turun, Vinca malah memegang tangan gua. “Om, turun sebentar ya.” Kata Vinca sambil memegang tangan gua dan menunduk. “Dasar lonte.” Kata gua sambil tersenyum picik.
Mengikuti kemauan Vinca, gua memarkitkan mobil gua ke garasinya dan masuk kedalam rumah Vinca. Begitu mengunci pintu, Vinca langsung memeluk gua dan mencium mulut gua. “Emmmm” gua langsung memalas ciuman Vinca. Berbeda dengan pas di rumah gua, kali ini Vinca sangat agresif. Mulutnya melumat habis mulut gua dan lidahnya dengan liar menyeruak masuk ke dalam mulut gua. Setiap inci bagia mulut gua dia jilat jilat dan lidah gua juga ga lepas dari jilatanya. Karena sudah ga tahan juga, gua langsung melucuti pakaian Vinca sampai bugil. Dengan kasar gua langsung mengocok memek Vinca dengan 2 jari. “AHHH....AHHH..”Vinca melepas ciumanya dan mendesah dengan keras. Melihat Vinca yang mulai kelojotan, gua semakin cepat mengocok memeknya. “AHHH....AHHH..ARGHHHH!” Ga butuh waktu lama sampai Vinca orgasme. Tampaknya rangsangan sejak dari mobil membuatnya cepat mendapatkan orgasmenya. Badan Vinca lunglai dan dia pun terduduk di lantai karena lemas. Kali ini Vinca dengan inisiatif langsung membuka celana gua. “udah ga sabar pengen kontol ya.” Kata gua sambil mengelus kepala Vinca. walau dia masih kelelahan, tapi tanpa membuang waktu, Vinca langsung membuka celana gua dan memasukan kontol gua kedalam mulutnya dengan penuh napsu. Gua juga langsung memegang kepala Vinca dan mulai menyodokan kontol gua kedalam mulutnya dengan kasar. “UGHH...”Vinca mulai terbatuk batuk begitu kontol gua yang menyodok kerongkonganya. “Enak kan.” Kata gua sambil menampar pelan pipinya. Air liur Vinca mulai menetes dan setiap kali dia terbatuk ada ludah yang ikut muncrat dari sela sela bibirnya. Gua mencabut kontol gua dari mulutnya dan menampar pipinya dengan kontol gua yang penuh dengan ludah Vinca. “Kamu mau ini kan?” kata gua sambil menampar dan mengolesi wajah sangenya dengan ludah di kontol gua. “Ma....mau.” kata Vinca.
Vinca
Hanya dalam sehari Vinca sudah berubah seperti lonte. Mungkin karena selama ini dia hidup sangat baik baik tanpa mengenal seks sedikitpun, maka begitu diberi nikmatnya ngentot dia ga bisa menahan napsunya lagi. Gua langsung menarik tangan Vinca masuk ke kamar ayahnya Vinca. Karena dekat dengan sang ayah, gua sudah beberapa kali main ke rumah ini dan tau persis isi rumahnya. Gua langsung melempar badan Vinca ke ranjang. “taa...tapi om.” Kata Vinca kaget. “Om pengen ngentotin kamu di ranjang tempat papa kesayangan kamu tidur.” Kata gua. Masih terkaget, gue langsung menindih badan Vinca. Kontol gua yang sudah keras langsung gua arahkan ke dalam memeknya. Jari gua membuka bibir mememknya untuk memudahkan gua melakukan peneterasi. “AHHHHH...”desah Vinca keenakan begitu gua menyodok memeknya. “Om....Enak banget om.” Kata Vinca menikmati setiap kali gua menyodok memeknya. “Vin, Andai papa kamu tau kebinalan kamu. Hahaha.” Kata gua sambil membenamkan muka gua ke antara toketnya Vinca. “AH...jangan bawa papa om...AHhh.” Gerutu Vinca diantara desahanya. Karena sudah kepalang sange dari mobil, gue ga bisa menahan tempo. Dengan cepat gua menghajar memeknya. Toket Vinca terlihat bergoyang goyang indah mengikuti hentakan gua. “Coba om tau kamu selonte ini, sudah om entot kamu dari dulu.” Kata gua sambil meremas kedua toket kenyal Vinca. “Entot Vinca terus om...ahhh....Vinca udah ga tahan.”racau Vinca ga karuan. Tanpa memperdulikan harga dirinya, Vinca rela dipanggil lonte demi mendapatkan kepuasan birahi. “Emang nikmat memek kamu. Kontol om berasa kejepit banget.” Kata gua keenakan. Gua menarik tangan Vinca dan menjatuhkan badan gua ke ranjang sehingga posisi berubah dari man on top menjadi woman on top. “Goyangin badan kamu Vin.” Kata gua. Dengan perlahan Vinca menggoyangkan pinggulnya. “Ahh...enak banget. Om bakalan ajarin kamu sampai bisa jadi lonte favorit om.” Kata gua sambil meremas toket Vinca yang menggantung di depan muka gua.
“Goyang lebih cepat sayang.” Kata gua sambil membantu menggerakan pinggul Vinca. Gerakan Vinca semakin lama semakin luwes. “Ahhh...” Vinca mendesah sambil mengarahkan tangan gua ke toketnya kembali. “Enak ya diremes remes kaya begini.” Kata gua sambil memilin pentilnya. Vinca hanya mendesah desah sambil terus menggoyangkan pinggulnya dengan lebih cepat. “Ah....Om...ahhh.” Vinca hanya bisa mendesah menikmati kontol gua. Ga puas hanya diulek sama Vinca, gua mulai menaik turunkan badan Vinca dengan bantuan hentakan dari pinggul gua. Mengerti yang gua mau, Vinca mulai mmenggerakan pantatnya keatas kebawah. “Ah.. Enak banget Vin. Cocok banget kamu jadi lonte. Muka kamu udah binal banget.” Kata gua begitu melihat wajah sange Vinca. Gua melepas remasan toket Vinca dan mulai meremas kedua pantat Vinca yang semok. “AH... kok dilepas..” kata Vinca dengan kecewa. “Om pengen lihat toket kamu goyang goyang.” Kata gua sambil mulai ikut menaik turunkan pinggul gua mengikuti ritme pinggul Vinca untuk memperkuat sodokan. Begitu gua mulai aktif, Vinca juga mempercepat ritme permainan. “Ahhh...ahhh..om...” desah Vinca ga karuan. Toket Vinca juga ikut bergoyang goyang dengan sangat menggoda. Pengen rasanya gua kenyot tu toket. Setelah beberapa saat melihat toket Vinca yang berguncang guncang, akhirnya gua ga kuasa menahan hasrat netek. Gua mulai mengarahkan mulut gua ke arah toket Vinca. Melihat kepala gua yang mulai maju, Vinca langsung menarik kepala gua hingga akhirnya mulut gue mencaplok toket kenyel Vinca.
Alih alih menjilati pentilnya, gua ga tahan untuk ga mengasari toket ranum Vinca. Gue mulai mengigit kecil pentilnya hingga Vinca kesakitan. “Ahh...Om...sakit...ahhhhh..” Vinca mulai meracau kesakitan. Namun diantara jeritanya terdengar suara desahan nikmat. Gua semakin keras mencicit pentil Vinca. “AHHH....stop om...Ahhhh.” desah Vinca sambil menarik kepala gua menjauhi toketnya. Tentu saja gua ga melepas gigitan gua. Dengan gigitan kecil, gua sedikit menarik pentilnya Vinca yang membuat Vinca meracau nikmat dan sakit disaat yang bersamaan. “ARGHHH!” racau Vinca. Ga puas memainkan pentil kanan Vinca. Gua mulai memindahkan gigitan gua ke pentil kirinya. Ga jauh berbeda, Vinca merespon gigitan gua dengan desahan penuh kenikmatan. Erangan Vinca yang ga berhenti membuat gua ga semakin sange. Gua langsung mendorong badan Vinca hingga dia telentang di ranjang dan mulai menggenjot dia dengan posisi man on top. “Lonte dasar kamu Vin!” kata gua sambil menampar toketnya yang ikut bergoyang setiap kali memeknya menerima sodokan kontol gua. “Ahh....puasin...aku..om” kata Vinca terbata bata. Lagi asik asiknya menikmati badan ranum Vinca, HP gua bergetar dan menimbulkan suara yang cukup berisik karena memang gua taruh diatas meja kayu. Gua melihat HP gua dan ternyata yang menelepon adalah istri gua. “Hello Na. Kenapa?” kata gua begitu menggangkat telepon dengan loud speaker. Vinca kaget melihat gua mengangkat telepon disaat gua masih terus menggenjot dirinya. Vinca membekap mulutnya sendiri dengan tanganya supaya desahanya tidak keluar. Alih alih menghentikan sodokan, gua menarik tangan Vinca dan terus menghajar memeknya dengan kasar. “plok plok plokk...ahhh...plok...ahhhhh” suara sodokan dan juga desahan Vinca pasti terdengar dengan jelas. “Lagi dimana kamu pi? Sama siapa?” tanya Nana. Vinca kembali menutup mulutya begitu mendengar suara dari HP gua. Lagi lagi gua menarik tanganya dan terus menggenjot memeknya hinga Vinca kembali mendesah desah. “Ini mi, lagi nikmatin anaknya si Roy.” Jawab gua santai. Ekspresi Vinca mulai panik mendegar jawaban gua. “Ih papi nakal ya. Udah malem begini malah main sama abg. Anaknya Roy yang kamu ceritain tadi?” tanya Nana. “Iya mi. Ga disangka dibalik kepolosanya ternyata anaknya binal banget. Sekarang dientot malah mendesah kaya lonte.” Jawab gua. Gua dengan sengaja menghajar memek Vinca satu kali dengan sangat keras. “AhhHHH.” Pekik Vinca tanpa sadar. “Tuh mi, denger kan desahan Vinca.” kata gua sambil semakin semangat menyetubuhi Vinca. “Dasar papi. Jangan lama lama main sama tu lonte pi. Mami nungguin papi di rumah.” Jawab Nana. Setelahnya Nana pun menutup panggilan telepon.
Nana
“Enak kan sayang.” Kata gua. “i...itu siapa?” tanya Vinca panik. “Tenang aja sayang. Itu istri om. Namanya Nana.” Jawab gua santai. Seolah ga percaya dengan jawaban gua, Vinca hanya melongo aja. “Ga percaya ya kamu? Kalau mau kamu bisa ikut lagi ke rumah om.” Kata gua. Gua mulai meremasi toket Vinca sambil mempercepat entotan gua. “Ahhhhh...ahhhh...nikmat.” Vinca mulai meracau dan melupakan telepon barusan. “Om selesain ya. Kasian istri om nunggu di rumah minta jatah.” Kata gua sambil mempercepat ritme. “Ah....ahhhhh.......ahhhh.” desahan Vinca makin ga beraturan dan akhirnya badan Vinca kelojotan. Memeknya menyemburkan air yang banyak ke kontol gua. “Bisa squirt juga kamu. Dasar lonte. Orgasme ga ajak ajak.” Kata gua sambil membasahi tangan gua dengan hasil squirt memek Vinca dan gua usap usap ke mukanya yang kelelehan karena orgasme. Ga lama setelahnya, gua juga ikutan mau klimaks. Gua langsung menarik kontol gua dan gua kocok tepat di depan wajah Vinca. “Ni peju buat kamu.” Kata gua sambil mengocok kontol gua dengan tangan kanan. Vinca memalingkan wajahnya menghindari peju yang ga lama lagi akan muncrat. Dengan tangan kiri gua yang nganggur, gua menahan wajah Vinca supaya kembali melihat kearah kontol gua. “AHHHH......makan ni peju.” Kata gua memuncratkan peju gua ke muka Vinca. “kya!!” pekik Vinca begitu peju kentel gua membasahi wajahnya. Gua tersenyum puas melihat wajah Vinca penuh dengan peju. Peju gua mulai menetes turun dan menggantung di dagunya. Gua menyerok peju gua dengan jari tengah dan gua paksa masuk kedalam mulut Vinca. “Enak kan!” kata gua. Vinca mengulum jari gua dengan ekspresi jijik. Tapi ga lama setelahnya Vinca menyerok peju di mukanya dan dimasukan kedalam mulutnya sendiri. “Udah ketagihan peju ya. Huahahaha.” Kata gua melihat Vinca.
“AH....om udah puas.” kata gua sambil langsung memakai pakaian gua kembali tanpa beristirahat terlebih dahulu. “Om....” panggil Vinca. “Kenapa Vin?” tanya gua. “I..itu...soal yang tadi.” Tanya Vinca ragu. “Tadi yang mana?” tanya gua. “Soal Nana. Vinca boleh ikut ke rumah om untuk mastiin?” tanya Vinca singkat. “Huahaha. Kamu masih tidak percaya sama om? Silahkan kamu ikut om kalau mau bukti. Atau sebenarnya kamu masih pengen dibuat orgasme. Huahaha.” Kata gua melecehkan Vinca. Gua mengarahkan jempol kaki gua dan gua tusuk kedalam memeknya.”AHHhhh...” Vinca otomatis mendesah begitu kaki gua menyentuh memeknya. “Kalau mau silahkan ikut.” Kata gua keluar dari kamar ayahnya Vinca. “Tung....tunguin Vinca om.” Jawab Vinca meminta untuk ikut ke rumah gua. “Kalau tau begini harusnya tadi ga om anter pulang. Mending kamu nginep di rumah om. Biar om entot kamu semalaman.” Grutu gua.
Author: Cerita_Amoy
0 komentar