Vinca 4 - Sweet Revenge


“Bangun!” Nana membangunkan Vinca ditengah tidur lelapnya. “Eh.” Kata Vinca bingung. Matanya menerawang ke sekeliling mencoba mencerna situasi. Setelah beberapa saat, sepertinya dia sudah mengingat seluruh kejadian semalam. Karena kelelahan ngentot seharian, Vinca tertidur di kamar gua. “Buruan bersih bersih, lu mau dianter ke rumah sakit kan?” perintah Nana. “I..ya.” jawab Vinca belum sepenuhnya sadar. Selesai mandi, Vinca keluar dari WC hanya ditutupi dengan handuk saja. Melihat hal tersebut, kontol gue mulai bangkit. “Sabar ya sayang.” Bisik Nana dikuping gua. Vinca berjalan ke arah meja dan mengambil kembali pakaianya yang sudah lepek. “Nih pakai ini aja. Masa lu mau pakai baju kotor.” Kata Nana sambil melemparkan kaos dan juga celana ke arah Vinca. Vinca mengambil pakaian tersebut dan kaget. “Ma...masa pakai ini!” jawab Vinca begitu melihat pakaian yang diberikan Nana. Rupanya Nana memberikan tanktop ketat dengan tali yang super tipis. Ga Cuma itu, rupanya tanktopnya pendek sehingga bisa dipastikan perut Vinca akan terlihat dengan jelas. Celana yang diberikan juga sangat pendek sampai memamerkan paha mulusnya. “Ki..kita kan ke rumah sakit. Masa aku pakai ini.” Kata Vinca mencoba melobi Nana. “Lu kan udah janji bakal turutin gua!” bentak Nana. Dengan terpaksa Vinca mengenakan pakaian dari Nana. Vinca terlihat seperti wanita murahan yang sedang mencari pelanggan. Dengan dibalut tanktop ketat tersebut, toket Vinca terlihat semakin menantang dan perutnya yang rata juga semakin menambah keseksian Vinca. Gua bangkit berdiri dan langsung memeluk Vinca. Dengan perlahan gua menggesekan kontol gua sambil meremas bongkahan pantat Vinca. “Hey! Nakal ya kamu!” kata Nana sambil menjewer gua. “Tapi sayang, mana bisa aku tahan lihat Vinca.” kata gua memelas. “Sabar sayang. Semua ada waktunya.” Jawab Nana. “Mak...maksudnya?” Vinca mulai curiga dengan gelagat Nana. “Udah lu ikut aja.” Kata Nana sambil jalan keluar.
Vinca
Tanpa membiarkan gua menikmati tubuh Vinca, Nana memaksa gua untuk menyetir dengan fokus. Akhirnya kita sampai ke rumah sakit tempat Roy dirawat. Gua dan Nana turun dari mobil tapi tidak dengan Vinca. “Ayo turun.” Kata Nana membuka pintu Vinca. “ta...tapi.” kata Vinca ragu. “Sudah jangan malu. Bebasin sisi binal lu.” Kata Nana sambil menarik tangan Vinca supaya keluar dari mobil. Setelah dibantu Nana, Vinca akhirnya keluar dari mobil. Sepanjang jalan Vinca menjadi pusat perhatian para satpam dan juga petugas disana. Mereka menatap Vinca dengan penuh napsu. Bagaimana tidak, ada amoy seksi dan cantik dengan sengaja memamerkan tubuhnya untuk dijadikan bahan coli. Sadar menjadi pusat perhatian, Vinca mempercepat langkahnya sambil menutupi perutnya dengan tas yang dia gunakan. “Jangan buru buru sayang.” Kata Nana menarik tangan Vinca. “Aku malu tante.” Kata Vinca. Mukanya merah menahan malu. “Anggap saja kamu beramal. Pasti para pria ini jarang dapet kesempatan melihat amoy kaya kamu. Kasih lah kesempatan buat mereka mengingat lekukan badan lu untuk mereka jadiin bahan coli. Huahaha. “ kata Nana sambil tertawa meledek. Vinca hanya bisa tertunduk mendengar perkataan Nana. Karena Roy dirawat di lantai 5, maka kita bertiga pun menunggu di depan lift. “Lihat deh Vin, banyak yang ngintipin badan kamu.” Kata gua melihat pantulan pintu lift. Banyak cleaning service yang sengaja mondar mandir dibelakang Vinca sambil mencuri pandang kemolekan tubuh Vinca. “Ih.. Tutupin badan aku om.” Kata Vinca memelas.
Ga lama berselang pintu lift terbuka. Didalamnya hanya ada 1 cleaning service yang sedang membersihkan bagian dalam lift. “Se...selamat pagi.” Sapa Cleaning service itu sambil melotot kearah toket Vinca yang sangat menonjol dibalik tanktop ketat. “Pagi juga.” Balas Nana sambil tertawa kecil. “Mau kelantai berapa bu?” tanya cleaning service. “5 pak.” Jawab gua singkat. Cleaning service tersebut memencet tombol 5 dan lift mulai bergerak naik. Karena bagian dalam lift terbuat dari kaca, gua bisa melihat kalau si cleaning service terus memperhatikan badan Vinca melalui pantulan. Tiba tiba saja Nana menoel gua. Gua menoleh ke arah Nana dan melihat isyarat dari Nana. Nana tersenyum nakal sambil melirik ke arah Vinca. Mengerti maksud Nana, gua dengan senang hati menurutinya. Dengan perlahan gua meremas pantat Vinca. “ach.” Pekik Vinca pelan karena kaget dengan perlakuan gua. Sambil meremas remas pantat Vinca yang montok, gua tertawa kecil melihat cleaning service yang salah tingkah. Dia terkaget kaget melihat Vinca yang diam saja gua grepe grepe di dalam lift. “ting” pintu lift terbuka begitu sampai di lantai 5. Karena cleaning servis itu terlalu fokus melihat Vinca gua grepe, dia sampai ga sadar kalau pintu lift yang sedang dia lap sudah terbuka. “Pak, pintunya udah kebuka, tanganya ngelap apaan tu?” goda Nana. “Eh...ma..maaf..hehe” jawab cleaning servis sambil ketawa karena malu. “Yuk say. Kata gua merangkul Vinca keluar dari lift.
“Om apa apaan si!” bentak Vinca begitu masuk kedalam ruangan tempat papanya dirawat. “Jangan bilang lu ga nikmatin deh!” bentak Nana. Dengan cepat Nana membuka kancing celana Vinca dan memasukan tanganya kedalam. “Pakai sok marah padahal sudah becek.” Kata Nana. “ternyata lu lebih binal dari yang gua kira. Sange gara gara diliatin orang ya Vin!” ledek gua. “Coba Roy tau kalau anaknya sebinal ini.” Kata Nana sambil berdiri tepat di samping Roy. Vinca hanya bisa tertunduk saja. Karena sudah ngaceng berat, gua menarik tangan Nana ke dalam WC. “Eh...” Nana kaget. “Aku udah ga tahan Babe. Pengen nyelupin ke memek kamu.” Kayta gua sambil melepas seluruh pakaian gua. “Jadi kamu lebih milih aku daripada Vinca?” Goda Nana. “Jelas aja aku lebih milih kamu dong sayang. Masa aku milih lonte dibanding kamu.” Kata gua. Gua mengangkat 1 kaki Nana ke atas dan memposisikan kontol gua tepat di belahan memeknya. “Ahhh...” desah Nana begitu gua menusukan kontol gua kedalam memeknya. “Ahhh... enaknya. Udah berapa hari ga ngerasain kontol kamu sayang.” Kata Nana menutup matanya. Memang sudah beberapa hari ini gua ga nyetubuhin Nana karena sibuk dengan kerjaan gua. “Maaf ya sayang. Sebagai gantinya sekarang bakal aku kasih kenikmataan ekstra buat kamu. Gua mulai menyodok memeknya dengan kasar. “Ahhh....ahhh...ahhhh” desah Nana mulai ga karuan dan pastinya terdengar dari dalam kamar. “Permisi.” Suara seorang wanita masuk kedalam ruangan. Sepertinya itu adalah suster yang bertugas untuk memeriksa kondisi Roy. Gua menghentikan sodokan gua karena takut desahan Nana terdengar. “Kok berhenti, lanjut aja sayang.” Kata Nana. “Ta..tapi...” kata gua sedikit ragu. “aku sudah ga tahan babe.” Kata Nana sambil meraba biji peler gua. Disemangi oleh Nana, gua mengesampingkan rasa takut gua dan mulai mengahajar memek istri gua. “Ahhh...ahhh!!” Nana mendesah ga karuan tanpa takut ketauan. “TOK TOK TOK” terdengar ketukan dari luar. “sedang apa didalam?!” tanya suster dengan sedikit ketus. “Ma....maaf, itu om dan tante saya.” Jawab Vinca panik dan mencoba memberikan penjelasan ke suster itu. “Mampus deh.” Kata gua. “tenang aja sayang. Kan kita sudah menikah.” Jawab Nana santai. Dengan santainya Nana membuka sedikit pintu WC dan mengintip keluar. “maaf suster, abis udah ga tahan. Tapi tenang aja, kita suami istri kok.” Kata dia sambil menunjukan cincin pernikahan. “kamu sini dong, tunjukin cincin kamu juga.” Kata Nana menarik tangan gua. “Tuh, bener kan. Kita udah resmi kok.” Jawab Nana santai. “Dasar manusia jaman sekarang. Resmi si resmi tapi lihat tempatnya juga dong.” Gerutu sang suster sebelum keluar dari kamar.
Nana
“Kamu si nekat banget.” Kata gua begitu sang suster keluar. “Tapi seru kan deg degan ketauan?” goda Nana. “Om tante jangan bikin malu dong.” Keluh Vinca. “Malu?!! Lebih malu mana, suami istri ketauan ngentot di dalam wc atau lu yang sengaja pamerin badan di sepanjang jalan rumah sakit mamerin badan supaya dijadiin bahan coli!” sindir Nana. Vinca ga kuasa menahan emosinya. Air matanya mulai mengalir dari sudut matanya. “Sudah babe, hirauin aja dia. Ayu kita lanjutin aja.” Kata Nana sambil kembali mengangkat kakinya. Gua manggut manggut aja mengikuti kemauan istri. Dengan sigap gua kembali memasukan kontol kedalam memek Nana. “Ahh....ahhhh...” desah Nana. “Fuck, memek kamu enak banget.” Racau gua menikmati jepitan memek Nana. Walau sudah beberapa tahun menikah, tetapi Nana belum juga hamil sehingga memeknya masih sangat rapet. Capek disodok sambil berdiri, Nana menurunkan kakinya dan menarik gua keluar dari WC. “Na, mau kemana?” tanya gua bingung. “Cape sayang berdiri. Disofa aja.” Jawab Nana. “Ta...tapi nanti kalau ada yang masuk bagaimana?” kata gua ragu. “tenang aja, kan susternya baru masuk. Ga bakalan secepat itu masuk lagi.” Kata Nana mencoba meyakinkan gua. Setelah diyakinkan, gua setuju dengan ide gila Nana. Gua duduk di sofa dan Nana mulai duduk di atas pangkuan gua sambil memasukan kontol gua kedalam memeknya sendiri. “Ahhhh...enaknya.” desah Nana. Dengan liar Nana menggerakan pantatnya keatas kebawah dan bunyi benturan terdengar dengan jelas. “Ahhh...ahhh...enak banget” racau Nana cuek dengan sekitar. Karena memang sudah ga tahan juga, gua ikutan menggerakan pinggul gua seirama dengan gerakan Nana sehingga sodokan semakin keras dan dalam. “Ahhh...ahhhh...kenapa?...kepeng..gen ...juga...ya....ahhhhh” ledek Nana ke Vinca yang memperhatikan persetubuhan kita. “Eng...enga.” jawab Vinca ragu. “Yakin engga? Awas ya kamu minta jatah kontol.huahaha.” kata gua melihat wajah Vinca yang mulai sange. Diledek sedemikan rupa, Vinca membuang pandanganya kearah ayahnya yang masih juga belum sadar.
“Ahhh,,,fuck....” racau Nana. Puas ngentot sambil duduk, gua menggeser Nana dari pangkuan gua. Gua mengajak Nana berdiri dan gua mendorong badan Nana ke arah ranjang tempat Roy terbaring. “Nakal ya kamu.” Kata Nana mengerti kemauan gua. “Nana menungging sambil bersandar pada pinggiran ranjang. Dengan semangat gua langsung menubruk pantat Nana yang menungging. “Auuu!” racau Nana memancing gua. “Enak banget sayang.” Kata gua sambil menyodok Nana dari belakang. “Ahh...fuck...Andai Roy sadar, pasti ...langsung...coli...” kata Nana terbata bata karena mendapat sodokan kasar dari gua. Vinca yang berdiri di sisi ranjang satunya ga bisa berbuat banyak terhadap aksi kita yang liar. Gua melirik ke arah Vinca dan ternyata tanganya sudah meremasi toketnya sendiri dibalik tank topnya. “Lihat deh...ahhh... udah sange juga.” Kata gua sambil mendesah karena keenakan. “ahhh...ha..hha...ahhhh....lonte...me..memang..sange didepan ayahnya...” Kata Nana melihat tingkah Vinca. Vinca tampaknya sudah kembali sange. Tanganya terus meremasi toketnya walau sudah diledek. Tanganya yang satunya juga sudah masuk kedalam celananya sendiri. “Fuck Na, gua uda...diujung.” kata gua mencoba menahan peju gua. “Ahhh....babe, semprotin ...ke muka Vinca ...peju...kamu.” perintah Nana. Mengikuti kemauan Nana, gua mencabut kontol gua dari memeknya dan berlari kecil ke arah Vinca. Mendengar ide Nana, Vinca langsung jongkok bertanda kalau dia setuju dengan ide tersebut. Seperti lonte yang sudah sange, Vinca langsung memasukan kontol gua kedalam mulutnya. “Ahhhh!!” desah gua panjang dan menyemburkan peju gua ke dalam mulutnya. Vinca terus menyedot kontol gua sampai akhirnya peju gua keluar semua di dalam mulutnya. “Huahahaha. Lihat Roy, anak lu sudah haus peju kaya lonte.” Kata Nana. Mendengar ejekan Nana, Vinca tetap cuek. Dia tetap menjilati kontol gua dan menikmati tiap tetesan peju yang menempel di batang kontol gua. “Dulu lu lebih memilih lonte daripada gua, sekarang anak lu juga sudah jadi lonte. Memang buah ga jauh dari pohonya. Hauahaha.” Kata Nana sambil tertawa melihat Vinca yang dengan semangat menyepong kontol suaminya.

Author: Cerita_Amoy
Load disqus comments

0 komentar